EmitenNews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan rating PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) di level idAA+ (Double A Plus) dengan prospek peringkat perusahaan di posisi 'Stabil'.

 

Menurut analis Pefindo, Martin Pandiangan dan Ayuningtyas Nur Paramitasari, peringkat idAA+ juga disematkan pada Obligasi VIII /2017 senilai Rp2 triliun yang akan jatuh tempo pada 26 Mei 2022.

 

Menurut Martin, INDF menyiapkan fasilitas kredit bank senilai Rp2 triliun untuk pembayaran obligasi yang akan jatuh tempo tersebut. "Outlook untuk peringkat perusahaan adalah 'stabil'," ujar Martin.

 

Dia menjelaskan, obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo, dan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan obligor lain di Indonesia.

 

Sementara itu, tanda plus (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan. Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar INDF yang sangat kuat di industri makanan dalam kemasan, portofolio usaha yang terdiversifikasi dengan baik, kegiatan usaha yang terintegrasi secara vertikal dan perlindungan arus kas yang kuat.

 

Namun, menurut Martin, peringkat tersebut dibatasi oleh persaingan yang ketat di industri. "Peringkat dapat dinaikkan, jika perusahaan mampu memperbaiki struktur permodalan dan perlindungan arus kas secara konsisten dan mempertahankan posisi bisnis yang kuat," paparnya.

 

Tetapi, lanjut dia, peringkat INDF bisa saja diturunkan, jika perusahaan secara agresif mendanai ekspansi dengan utang yang lebih besar dibandingkan proyeksi dan tanpa disertai kinerja bisnis yang lebih kuat.

 

"Pefindo juga dapat menurunkan peringkat, jika pandemi berkepanjangan, depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang lebih tinggi daripada yang diantisipasi dan tantangan pasokan bahan baku global secara signifikan mempengaruhi bisnis perusahaan, khususnya kemampuan untuk mengamankan pasokan bahan baku yang besar dan peralatan untuk belanja modal," tutur Martin.