Alokasi Dana Pembelian Saham Untuk Pemula

ilustrasi transaksi saham.DOK/EmitenNews
EmitenNews.com -Bagaimana mengalokasikan dana yang dimiliki untuk saham yang akan dibeli untuk seorang pemula?
1. Know your risk profile
2. Understand your financial
3. Diversify, don't all in
4. Stick to the plan
5. How if the plan doesn't work?
1. Know your risk profile
Kenali terlebih dahulu profil risiko yang dimiliki sebelum memutuskan untuk masuk dalam trading saham. Dalam trading saham, kita harus selalu menekankan bahwa "Dalam trading saham loss merupakan hal yang pasti, sedangkan profit merupakan risiko yang akan diperoleh oleh seorang trader". Apa maksudnya Loss merupakan sebuah hal yang pasti? Hal pertama yang harus ditanamkan di mindset kita sebelum trading saham adalah, jangan hanya mau tau untungnya saja, tapi juga harus tau apa risiko dan kerugian yang bisa ditimbulkan.
Secara tidak langsung, pertanyaan yang muncul dari statement diatas adalah "Sudah siapkah Anda kehilangan sebagian modal yang Anda gunakan untuk trading saham?" Jika jawabannya adalah Tidak Siap, maka trading saham bukan merupakan suatu hal yang cocok untuk Anda, maka silahkan mencari instrumen lain yang lebih rendah resikonya untuk Anda. Namun jika jawabannya adalah Sudah Siap, maka trading saham bisa saja cocok untuk Anda.
2. Understand your financial
Setelah mengetahui profil risiko yang dimiliki, terkait siap atau tidaknya kehilangan sebagian modal yang digunakan dalam trading saham, maka langkah berikutnya adalah memahami keuangan yang dimiliki.
INGAT! Trading saham selalu menggunakan "Uang Dingin", jangan menggunakan uang panas, uang dapur, atau uang sekolah anak.
Lalu muncul pertanyaan berapa idealnya uang yang digunakan dalam trading saham? Tidak ada jumlah yang benar benar ideal! Hal itu kembali lagi ke berapa "Uang Dingin" yang dapat kita alokasikan. Bagaimana kalau punya uang Rp 50 juta yang siap untuk di tradingkan? Langsung gunakan semuanya?
Jawabannya adalah tidak. Mulai lah dengan mengelola dari porsi yang lebih kecil, yaitu dari Rp 5 juta, jika sudah terbiasa, tingkatkan ke Rp 10 juta, jika sudah terbiasa, tingkatkan lagi ke Rp 20 juta, begitu seterusnya. Kalau Rp 5 juta masih terlalu besar? Silahkan turunkan lagi sesuai dengan selera masing-masing. Hal ini perlu sangat diperhatikan jika kita masih merupakan pemula, maka jumlah uang yang pertama kali digunakan harus disesuaikan dengan kesiapan mental kita.
3. Diversify, don't all in
Penting untuk kita melakukan diversifikasi terhadap saham yang akan dibeli, hal ini bertujuan untuk membagi dan mengurangi risiko yang ada. Menggunakan uang sebesar Rp 20 juta untuk membeli 1 jenis saham dibandingkan dengan menggunakan uang sebesar Rp 20 juta untuk membeli 4 jenis saham, mana yang lebih bagus?
Menggunakan uang sebesar Rp 20 juta untuk membeli 1 saham
Estimasi profit dari trading adalah 5%, maka profit yang akan diperoleh dari menggunakan uang sebesar Rp 20 juta untuk membeli 1 saham apabila untung adalah sebesar Rp 1 juta. Namun apabila loss (dengan estimasi loss 5% juga), modal juga akan berkurang sebesar Rp 1 juta.
Menggunakan uang sebesar Rp 20 juta untuk membeli 4 saham
Dengan estimasi profit yang sama yaitu 5%, dengan porsi masing masing saham adalah 5 juta, maka profit yang diperoleh apabila untung adalah sebesar Rp 250 ribu Dengan estimasi, dari 4 saham yang diambil, 3 diantaranya profit dan 1 loss, maka kita masih profit sebesar Rp 500 ribu setelah dikurangi dengan loss dari 1 saham dengan estimasi masing - masing adalah 5%.
Dengan penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa dengan kita melakukan diversifikasi terhadap saham yang akan dibeli, maka risiko yang akan dihadapi juga akan terdiversifikasi sehingga risiko dapat dikurangi.
Namun jika Anda sudah ahli dan sudah sangat yakin dengan saham yang akan dibeli, silahkan lakukan all in dengan mempertimbangkan faktor resiko yang ada.
4. Stick to the plan
Jika kita sudah menentukan plan trading yang akan kita lakukan (entry, take profit, stop loss) maka kita harus konsisten terhadap plan yang sudah kita buat tersebut. Jika masih kesulitan untuk menentukan titik entry, take profit, dan stop loss, maka kita bisa saja mencontek pada trading plan yang umumnya banyak di post di Instagram, Tiktok, Telegram, atau lainnya namun ingat kita tetap harus melakukan analisa kembali dan tidak boleh percaya 100% terhadap analisa orang lain.
Pada umumnya, titik entry ke take profit dan titik entry ke stop loss mempunyai jarak sekitar +/- 5%, yang artinya apabila take profit akan mendapat tambahan 5% dari modal yang digunakan dan apabila stop loss, maka akan kehilangan 5% dari modal yang digunakan.
Kenapa hanya stop loss 5%?
Stop loss 5% diberlakukan agar kita membatasi resiko kehilangan modal yang akan dihadapi sehingga dengan modal yang ada, trading masih tetap dapat dilakukan pada Trading Idea lainnya. Kalau ditahan, yang ada malah nyangkut. Take profit 5% gak sabar, tapi masa stop loss nunggu sampe -30% dulu? Setelah nyangkut, opsinya hanya dua, yaitu kapok dan berhenti trading saham atau menjadi investor dadakan karena nyangkut.
Bagaimana jika sudah stop loss harga sahamnya malah naik?
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kita bisa melakukan stop loss saat memasuki freeze time, namun jika loss sudah terlalu dalam dan sangat tidak mungkin untuk recovery lagi, maka stop loss di waktu pasar berjalan bisa menjadi pilihan yang bijak. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya false break pada saham yang sedang kita tradingkan. Lalu bagaimana jika sudah stop loss pada saat freeze time, lalu keesokannya naik? Berarti memang bukan rezeki! Setidaknya kita sudah berusaha membatasi risiko kita dengan tetap konsisten melakukan cut loss sesuai Trading Idea yang sudah ditentukan sehingga modal kita dapat tetap terjaga.
Related News

Rahasia Cuan di Saham? Sentimen Pasar adalah Kuncinya

Panic Buying Emas, Investasi atau Ikut-ikutan Tren?

Rebound IHSG di April: Tanda Pasar Mau Naik Terus atau Jebakan Batman?

Tren Investasi Gen Z di Tahun 2025, dari Cuan ke Keberlanjutan

Kenapa Harga Emas Naik? Sebuah Kebetulan atau Pertanda?

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia vs Vietnam