EmitenNews.com - Tarif tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) bisa di bawah, atau maksimal Rp200 ribu. Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade menilai harga yang ditetapkan pemerintah saat ini, Rp275 ribu-Rp300 ribu, dinilai masih mahal. Politikus Partai Gerindra ini menilai masyarakat kena tipu selama ini, dengan harga yang pernah mencapai Rp2 juta, bahkan lebih. Ia juga minta pemerintah menurunkan tarif tes Antigen, yang saat ini Rp50 ribu-Rp100 ribu.


Dalam keterangannya yang dikutip Selasa (9/11/2021), Andre Rosiade mengungkapkan, Indonesia bisa menurunkan lagi harga tes PCR menjadi maksimal Rp200 ribu. Dari hasil penelusurannya, ia menemukan struktur harga PCR yang ternyata lebih rendah daripada yang dipakai pemerintah. Struktur itu, kata dia, terdiri atas harga PCR kit Rp25 ribu, VTM Rp10 ribu, dan reagent Rp65 ribu.


Kemudian biaya mesin PCR, biaya layanan dari tenaga kesehatan (nakes), biaya alat pelindung diri (APD), hingga keuntungan mencapai Rp50 ribu-Rp70 ribu.


Kalau ditotal, harga tes PCR, masih di bawah Rp200 ribu, atau maksimal Rp200 ribu. India saja, kata Andre Rosiade, bisa Rp110 ribu. “Kenapa Indonesia bisa sampai Rp2,5 juta, Rp900 ribu. Publik harus tahu ini. Jika ditambah biaya APD, biaya nakes, operasional, dan untung itu bisa maksimal Rp170 ribu."


Di sisi lain, harga PCR lebih rendah sangat mungkin terjadi. Karena, biaya tes berdasarkan durasi perolehan hasil tes, tidak perlu diterapkan. Contohnya, kata Andre Rosiade, perbedaan harga tes berdasarkan durasi satu jam, dua jam, enam jam, 1x24 jam, hingga 2x24 jam.


"Seharusnya lab tidak perlu pakai angka satu jam, dua jam, kan mereka putar mesin yang sama untuk semua pasien. Jadi kita, diduga ditipu-tipu saja dengan bisnis ini," tegas anggota Fraksi Gerindra DPR, Andre Rosiade.


Dalam rapat kerja Komisi VI DPR yang dihadiri pihak Bio Farma, Selasa ini, Andre Rosiade meminta BUMN farmasi itu bisa menurunkan harga tes PCR dari batas berlaku saat ini sebesar Rp275 ribu-Rp300 ribu  menjadi di bawah Rp200 ribu. Ia berharap permintaannya ini didengar Presiden Joko Widodo, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, agar segera terealisir.


"Harapan saya ini didengar Menteri BUMN, Menteri Kesehatan, Pak Presiden, Indonesia bisa PCR-nya di bawah Rp200 ribu. India saja bisa, meski kita apresiasi juga bahwa harga PCR kita sekarang termurah di ASEAN," ujar Andre Rosiade.


Andre juga meminta pemerintah menurunkan harga tes covid-19 skema antigen. Saat ini, rata-rata harga tes antigen masih di atas Rp50 ribu. Hanya PT KAI (Persero) yang bisa memberikan harga tes antigen rendah, yakni Rp35 ribu per tes. Tapi, ia menginginkan harga lebih rendah bisa diberikan semua distributor.


Sementara itu dalam rapat dengan pendapat di Komisi VI DPR, Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengungkapkan, tarif tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction, di Indonesia tergolong murah di kawasan Asia Tenggara. Itu terjadi ketika penetapannya diambil alih pemerintah dengan adanya harga eceran tertinggi (HET).


Dalam kajian holding BUMN farmasi itu, struktur harga tes Covid-19 skema tes PCR, komponen utamanya biaya produksi dan bahan baku. Semua itu, kata Honesti Basyir, mencapai 55 persen dari total harga tes PCR.


"Alhamdulillah pemerintah mengambil alih, harga PCR jadi murah, bahkan termurah dari tetangga kita, seperti Thailand, Singapura, Malaysia. Bahkan dari Uni Emirat Arab, itu harganya lebih mahal," kata Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir.


Honesti Basyir menjelaskan struktur harga PCR ini, yang berlaku di laboratorium perusahaan. Menurut dia, struktur harga bisa berbeda di laboratorium lain, termasuk di anak-anak usaha Bio Farma, seperti PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.


Selain bahan baku dan biaya produksi, struktur harga PCR juga terdiri atas biaya operasional sebesar 16 persen dari total harga. Sisanya, berupa biaya distribusi termasuk keuntungan distributor sekitar 14 persen, royalti 5 persen, dan keuntungan untuk Bio Farma 10 persen.


Harga bahan baku dan biaya produksi ini salah satunya berasal dari harga PCR kit sebesar Rp90 ribu per tes pada Oktober 2021. Honesti mengklaim harga PCR kit ini sudah turun sebanyak tiga kali dari Rp325 ribu pada Agustus 2020 menjadi Rp250 ribu per tes pada September 2020.


Kemudian, turun lagi menjadi Rp113.636 per tes pada Agustus 2021 hingga akhirnya menyentuh Rp90 ribu per tes pada Oktober lalu. Besaran biaya PCR kita belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPN).


Dari berbagai komponen penyusun struktur harga PCR, terdapat pula harga publish termasuk PPN sebesar Rp90 ribu dan harga e-katalog termasuk PPN Rp81 ribu. Dengan struktur harga ini, tes PCR di Indonesia berhasil menjadi yang terendah di kawasan Asia Tenggara. Termasuk dibandingkan dengan Uni Emirat Arab, di Indonesia lebih murah.