EmitenNews.com—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus dibayangi berbagai sentimen negatif. Setelah asing terus mencatatkan net sell karena masih memantau kondisi perekonomian dan lanjutan dari sentimen resesi. 

 

Nafan Aji Senior Investment Information Mirae Asset, menyebut bahwa faktor resesi global ini episentrumnya ada di Eropa, di Asia terlihat masih relatif rendah, bahkan China turun menjadi 15 persen dan Indonesia bahkan mampu menjaga profitabilitas hanya 5 persen.

 

“Tekanan inflasi diperkirakan akan semakin moderat di 2023. Jadi memang inflasi pada waktu sebelumnya naik karena ada lebih lonjakan di harga bahan pangan. Disisi lain The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunganya sebanyak 3 kali lagi di 25 basis point,” kata Nafan dalam agenda Media Day, Selasa (10/1/2023).

 

Dibandingkan global, ekonomi Indonesia masih lebih baik dengan adanya pertumbuhan. Kinerja ekspor masih terus mengalami pertumbuhan, walaupun di 2023 diperkirakan mengalami perlambatan. Karena kalau kita melihat secara global supply sudah mulai kembali stabil.

 

Untuk dalam negeri menurut Nafan, BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebagai langkah lanjutan meskipun hanya 25 basis point.

 

Nafan menyebut para pelaku pasar untuk terus memperhatikan pergerakan IHSG secara seksama, menurutnya support IHSG terdekat di 6560. Hal ini dipicu oleh adanya peningkatan profitabilitas resesi, dari sisi kinerja emiten besar mengalami depresiasi harga, juga pergerakan harga komoditas trennya cenderung menurunkan. Sedangkan Untuk ful years di 2023 Mirae Asset Sekuritas percaya IHSG akan menutup tahun di level 7880.

 

Pada kesempatan yang sama, Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset mengatakan dengan kondisi saat ini, untuk strategi investasi di pasar modal ada 3 hal yang harus diperhatikan. Yaitu, bagaimana investor memilih investasi ke sektor yang lebih berimbang, dengan instrumennya dengan melakukan diversifikasi ke obligasi, sukuk, SBN atau instrumen lain yang lebih minim resiko. 

 

Lanjut Martha, untuk masuk ke pasar saham bisa menunggu momentum dimana harganya lebih terdiskon. 

 

Jika pelaku pasar merespon data lapkeu kuartal 4 maka bisa memberikan dampak positif jika data keuangan tersebut memberikan hal baik dan mendapat apresiasi dari pelaku pasar. Maka harus melihat emiten berfundamental baik.