EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 91 emiten bandel. Nekat belum menyodorkan laporan keuangan per 31 Desember 2021. Per 9 Mei 2022, ada 668 emiten telah menyerahkan laporan keuangan auditan tepat waktu.


Berdasar data BEI, tercatat 759 dari 785 emiten menyandang status wajib menyampaikan laporan keuangan auditan berakhir per 31 Desember 2021. Tujuh perusahaan tercatat memiliki tahun buku berbeda, dan 19 perusahaan tercatat tidak wajib menyampaikan laporan keuangan oleh karena tercatat setelah 31 Desember 2021.


Sedang dari tujuh perusahaan tercatat memiliki tahun buku berbeda pada Januari, Maret, dan Juni. Rinciannya, dua perusahaan tercatat telah menyampaikan laporan keuangan interim tepat waktu, lima emiten belum menyerahkan laporan keuangan, dan belum melewati batas waktu.


Sementara itu, 19 emiten tidak wajib melansir laporan keuangan. Pasalnya, efek perusahaan tersebut tercatat setelah 31 Desember 2021. Mengacu ketentuan II.6.1 Peraturan Bursa Nomor I-H tentang sanksi, BEI telah memberikan peringatan tertulis I kepada 91 perusahaan tercatat tidak memenuhi kewajiban penyampaian laporan keuangan auditan berakhir per 31 Desember 2021 tepat waktu.


Berikut daftarnya. PT Mahaka Media (ABBA), Anugerah Kagum Karya Utama (AKKU), Armidian Karyatama (ARMY), Arthavest (ARTA), Ratu Prabu Energi (ARTI), PT Anabatic Technologies (ATIC), Sepatu Bata (BATA), Estika Tata Tiara (BEEF), Bukit Darmo Property (BKDP), Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), Bakrie Telecom (BTEL), Buana Lintas Lautan (BULL), Bukit Uluwatu Villa (BUVA). 


Metro Healthcare Indonesia (CARE), Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma (CARS), Cowell Development (COWL), Citatah (CTTH), Diamond Citra Propertindo (DADA), Dewata Freight International (DEAL), Dua Putra Utama Makmur (DPUM), Jaya Bersama Indo (DUCK), Bakrieland Development (ELTY), Envy Technologies Indonesia (ENVY), Eterindo Wahanatama (ETWA), Fimperkasa Utama (FIMP). 


Falmaco Nonwoven Industri (FLMC), Forza Land Indonesia (FORZ), Aksara Global Development (GAMA), Garuda Indonesia (GIAA), Garuda Maintenace Facility Aero Asia (GMFI), Golden Plantation (GOLL), Garda Tujuh Buana (GTBO), Hensel Davest Indonesia (HDIT), Panasia Indo Resources (HDTX), Hotel Mandarine Regency (HOME), Saraswati Griya Lestari (HOTL ), Intan Baruprana Finance (IBFN).


Inti Agri Resources (IIKP), Indah Prakasa Sentosa (INPS), Intraco Penta (INTA), Sky Energy Indonesia (JSKY), Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI), Steadfast Marine (KPAL), Cottonindo Ariesta (KPAS), Grand Kartech (KRAH), Ladangbaja Murni (LABA),Eureka Prima Jakarta (LCGP), Limas Indonesia Makmur (LMAS). 


Marga Abhinaya Abadi (MABA), Multi Agro Gemilang Plantation (MAGP), Mas Murni Indonesia (MAMI), Intermedia Capital (MDIA), Modern Internasional (MDRN), Medco Energi Internasional (MEDC), Maha Properti Indonesia (MPRO), Mitra Pemuda (MTRA), Hanson International (MYRX), Wahana Inti Makmur (NASI), Nipress (NIPS).


City Retail Developments (NIRO), Sinergi Megah Internusa (NUSA), Pelangi Indah Canindo (PICO), Polaris Investama (PLAS), Pollux Investasi Internasional (POLI), Pollux Properties Indonesia (POLL), Golden Flower (POLU), Pool Advista Indonesia (POOL), Bliss Properti Indonesia (POSA), Royal Prima (PRIM), Trinitan Metals And Minerals (PURE).


Rimo International Lestari (RIMO), Rockfields Properti Indonesia (ROCK), Aesler Grup Internasional (RONY), Siwani Makmur (SIMA), Northcliff Citranusa Indonesia (SKYB), SMR Utama (SMRU), Satria Mega Kencana (SOTS), Sri Rejeki Isman (SRIL), Sugih Energy (SUGI), Sriwahana Adityakarta (SWAT), Pelayaran Tamarin Samudra (TAMU).


Tridomain Performance Materials (TDPM), Terregra Asia Energy (TGRA), Tira Austenite (TIRA), Trada Alam Minera (TRAM), Triwira Insanlestari (TRIL), Asuransi Tugu Pratama Indonesia (TUGU), Nusantara Inti Corpora (UNIT), Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), Visi Media Asia (VIVA), dan Ginting Jaya Energi (WOWS). (*)