EmitenNews.com - Di tengah masih panasnya konflik Ukraina-Rusia, harga batu bara termal Newcastle sepekan ini melesat dan melewati level psikologis USD320/ton. Pada Kamis (14/4/2022) harga kontrak berjangka teraktif batu bara di pasar New Castle ditutup melemah 0,7 persen ke USD320,1/ton. Pemicu lonjakan harga batu bara itu, kurangnya pasokan serta konflik Rusia-Ukraina.


Dengan fakta seperti itu, level psikologis 300 telah terlampaui kembali. Akibatnya, harga komoditas utama nasional ini menyentuh level tertinggi dalam sebulan terakhir. Namun, level tersebut juga masih rendah dari rekor tertinggi sepanjang tahun ini di USD446/ton, pada 2 Maret 2022.


Sejauh ini, bisa disebutkan pemicu lonjakan harga batu bara masih seputar kurangnya pasokan serta konflik Rusia-Ukraina. Sanksi larangan impor batu bara yang akan dilakukan Uni Eropa dan Jepang terhadap Rusia, memicu persaingan untuk mendapatkan pasokan batu bara semakin ketat.


Padahal, tanpa sanksi pun, pasokan batu bara sudah dalam kondisi ketat karena persoalan cuaca dan perang. Australia dan Indonesia sebagai pemasok utama batu bara dunia menghadapi keterbatasan produksi karena cuaca.


Sementara itu, eksportir besar lainnya seperti Afrika Selatan menghadapi persoalan logistik dalam memenuhi pasokan. Amerika Serikat dan Kolombia kini menjadi harapan banyak negara untuk memenuhi pasokan yang hilang karena embargo Blok Barat atas Rusia.


Terbatasnya pasokan saat permintaan meningkat inilah yang membuat harga batu bara melambung. Persoalan pasokan telah membuat banyak negara tidak mampu mengimpor batu bara sesuai kebutuhan.


Vietnam telah mengalami persoalan pasokan listrik karena ketersediaan batu bara yang menurun. Impor batu bara Vietnam dari Rusia di kuartal I-2022 turun 31 persen ke 804.000 ton. Namun, secara nominal nilai impornya melonjak 60 persen menjadi USD202,5 juta.


Sebagai konsumen terbesar batu bara dilaporkan China mengimpor 16.42 juta ton batu bara pada Maret 2022. Itu berarti naik dari sebulan sebelumnya sebanyak 11,23 juta ton yang merupakan level terendah sejak Desember 2019. Namun, secara tahunan, impor Maret terhitung turun 40 persen. ***