EmitenNews.com - Nasib sial menerpa saham perdana Pertamina Geothermal Energy alias PGE (PGEO). Digadang-gadang bakal auto reject atas (ARA), saham entitas Pertamina itu malah melorot. Mengalami koreksi 35 poin alias 4 persen kala menjejak pasar modal. 


Dengan koreksi sebesar itu, saham PGE terkulai di level Rp840 per lembar. Saham PGE sempat menyentuh level tertinggi Rp925, terendah Rp815, dan rata-rata berayun di posisi Rp844 per eksemplar. 


Sepanjang perdagangan pagi ini, saham PGE ditransaksikan sebanyak 2 juta lot senilai Rp189,33 miliar. Dengan beredar di posisi Rp840 per lembar itu, saham PGE menggendong nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp34,77 triliun. 


Pagi ini, PGE mencatatkan saham perdana, dan menjadi perusahaan tercatat ke-19 Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2023. PGE mematok harga perdana Rp875 per lembar dengan melepas maksimal 10,35 miliar lembar. Saham baru itu, setara 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nominal Rp500 per unit. Dari IPO itu, PGE meraup dana Rp9 triliun.


Penjamin pelaksana emisi efek CLSA Sekuritas Indonesia, Credit Suisse Sekuritas Indonesia, dan Mandiri Sekuritas. Penjamin emisi efek Bahana Sekuritas, HSBC Sekuritas Indonesia, Danasakti Sekuritas Indonesia, dan Samuel Sekuritas Indonesia. 


Dana hasil IPO 85 persen untuk pengembangan usaha sampai 2025. Dengan rincian sekitar 55 persen sebagai capital expenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGE, dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi cogeneration technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing PGE.


Sedangkan 15 persen sisa dana hasil IPO atau maksimal USD100 juta untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara PGE dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan Bank Mandiri (BMRI) sebagai Facility Agent. (*)