EmitenNews.com—Menyambut pandemi covid-19 yang sudah jauh lebih baik, emiten pengelola supermarket kebutuhan bangunan. PT Caturkarda Depo Bangunan (DEPO) sangat optimis untuk penjualan tahun ini akan tetap lebih baik dari tahun lalu meski terjadi kenaikan harga bahan bangunan. 


Tahun lalu kenaikan harga lebih tinggi daripada umumnya, kenaikan harga bahan bangunan masih dapat diterima karena terjadinya universal bukan hanya dari satu industri saja, kata Direktur Depo Bangunan Amanda Grace Kettin dalam Public Expose Live secara virtual, Jumat (16/9/2022).


“Kenaikan harga bahan baku bangunan tidak mengganggu dan dapat diterima konsumen maupun profesional atau properti,” ungkap Dia.


Namun Amanda juga menyatakan bahwa kenaikan itu tentu ada efeknya, akan tetapi kenaikan harga BBM universal di seluruh dunia, kami rasakan di harga bahan bangunan, jadi semua kenaikan saat ini masih diserap masih bisa diterima konsumen, dampaknya salah satu faktor di bahan bangunan meskipun ada dampaknya masih bisa diterima.


Bahkan Direktur DEPO Erwan menyatakan bahwa perseroan tetap akan melakukan langkah ekspansi pada tahun-tahun yang akan datang. Untuk tahun ini saja capex DEPO di alokasikan sebesar Rp80 miliar untuk buka store di pondok gede. Sedangkan untuk yang di Rungkut mundur ke 2023.


Untuk pembangunan store di Pondok Gede dan Medan sudah final dan siap memberikan kontribusi kepada perseroan. Untuk pembangunan store di Rungkut saat ini sudah mencapai 30 persen. Serapan capex untuk Pondokgede dan rungkut memakan sekitar 60-65 persen dari Rp80 miliar.


Adapun Direktur Utama Depo Bangunan, Kambiyanto Kettin menambahkan, dengan langkah ekspansi ini mudah-mudahan toko bertambah banyak, sehingga membuat Depo Bangunan menjadi supermarket bahan bangunan yang dipercaya konsumen.


Hal lain yang dilakukan oleh DEPO untuk mendukung produk dalam  negeri adalah melalui upaya diversifikasi risiko supply, depo ada variasi di kategori masing-masing, kalau ada kekurangan dan supply konsumen dapat dipenuhi produk substitusi. Adapun fokus manajemen saat ini adalah diversifikasi produk lokal, produksi Indonesia.