EmitenNews.com - Timah (TINS) sepanjang 2023 mengemas rugi Rp449,69 miliar. Ambrol 142 persen dari episode sama tahun sebelumnya dengan tabulasi laba Rp1,04 triliun. Dengan hasil itu, rugi bersih per saham dasar/dilusian menjadi Rp60 dari posisi sama sebelumnya surplus Rp140. 

Pendapatan Rp8,39 triliun, anjlok 32 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp12,50 triliun. Beban pokok pendapatan Rp7,92 triliun, menyusut dari posisi sama tahun sebelumnya Rp9,97 triliun. Laba kotor tercatat Rp465,94 miliar, longsor 118 persen dari fase sama tahun sebelumnya Rp2,52 triliun. 

Beban umum dan administrasi Rp922,90 miliar, bengkak dari Rp842,94 miliar. Beban penjualan Rp69,03 miliar, susut dari Rp279,68 miliar. Beban keuangan Rp205,09 miliar, turun dari Rp207,28 miliar. Pendapatan keuangan Rp20,90 miliar, turun dari Rp22,25 miliar. Pendapatan lain-lain Rp233,64 miliar, menanjak dari Rp134,19 miliar. 

Keuntungan atas revaluasi properti investasi Rp14,61 miliar, susut dari Rp24,59 miliar. Rugi penurunan nilai aset tetap Rp13,11 miliar, bengkak dari untung Rp18,94 miliar. Bagian atas laba bersih entitas asosiasi Rp28,35 miliar, menanjak dari Rp10,51 miliar. Rugi sebelum pajak penghasilan Rp44,69 miliar, nyungsep dari posisi sebelumnya Rp1,40 triliun. 

Rugi tahun berjalan Rp449,67 miliar, erosi dari sebelumnya Rp1,04 triliun. Total ekuitas Rp6,24 triliun, mengalami koreksi signifikan dari akhir tahun sebelumnya Rp7,04 triliun. Total liabilitas Rp6,61 triliun, bengkak dari Rp6,02 triliun. Jumlah aset Rp12,85 triliun, turun dari Rp12,06 triliun. 

Pelambatan pemulihan perekonomian global, domestik, dan tekanan harga logam timah dunia pada 2023 akibat penguatan mata uang Amerika Serikat (AS), dan permintaan timah lemah karena persediaan LME tinggi, berdampak pada ekspor timah Indonesia sejak 2022 sampai saat ini. 

Selain itu, penambangan timah tanpa izin di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan Indonesia khususnya perseroan. “Kondisi ekonomi global, domestik belum membaik, dan permintaan logam timah global menurun di tengah aktivitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja perseroan pada 2023. Tahun ini, perseroan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang, pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan, dan program efisiensi berkelanjutan, manajemen optimistis kinerja tahun ini akan lebih baik sesuai target,” tegas Fina Eliani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah.

Perseroan mencatat produksi bijih timah 14.855 ton atau 74 persen pada akhir 2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya 20.079 ton. Adapun produksi logam timah 15.340 metrik ton atau 77 persen dibanding periode sama 2022 sebesar 19.825 metrik ton. Penjualan logam timah 14.385 metrik ton atau 69 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya 20.805 metrik ton. 

Harga jual rerata logam timah USD26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya USD31.474 per metrik ton. Sampai akhir 2023, perseroan mencatat ekspor timah 92 persen dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen, Belanda 11 persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen, dan Amerika Serikat 8 persen.

Manajemen Timah menyusun strategi dan kebijakan untuk menjaga kinerja tetap berkelanjutan. Program-program peningkatan produksi sampai saat ini masih dilakukan seperti pembukaan lokasi baru, peningkatan kapasitas produksi tambang primer dari alat penambangan maupun alat pengolahan, memperbaharui izin usaha pertambangan (IUP), melakukan survei lokasi, inventarisasi kepemilikan lahan untuk pembukaan tambang darat baru, dan peningkatan recovery dengan melakukan upgrading kembali dari sisa hasil pengolahan sebagai upaya strategis meningkatkan kinerja. 

Selain itu, program efisiensi berkelanjutan baik dari hulu ke hilir pun terus diupayakan. Bersama upaya perbaikan tata kelola pertambangan, dan niaga timah Indonesia digencarkan pemerintah di tengah aktivitas penambangan tanpa izin, perseroan terus mendorong perbaikan tata kelola pertimahan dengan gencar melakukan pengamanan aset, penegakan aturan, kerja sama penambangan rakyat untuk mereduksi penambangan tanpa izin wilayah konsesi pertambangan, konsisten, berkomitmen melakukan langkah-langkah strategis meningkatkan kinerja operasi, dan produksi.

Saat ini, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 5,7 persen menjadi USD27.436 per ton dari harga rata-rata timah CSP LME selama 2023 sebesar USD25.959 per ton, dan proyeksi harga timah versi Bloomberg di kisaran USD23.000-29.000 per metrik ton. 

Selanjutnya, perseroan terus berupaya merealisasikan beberapa inisiatif strategis di antaranya peningkatan sumberdaya, cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan, pengolahan timah primer, optimalisasi tata kelola penambangan rakyat, pengembangan bisnis pasir silika & mineral ikutannya, pengembangan monasite-REE, dan melakukan efisiensi biaya seluruh rantai bisnis proses. (*)