EmitenNews.com - Peralihan paradigma kendaraan bermesin menuju kendaraan listrik sebaiknya tidak mengganggu industri pendukung otomotif lainnya. Perlu ada transisi teknologi untuk meminimalisir dampak perubahan struktur industri supplier sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Sedikitnya 1,5 juta karyawan industri komponen khawatir atas datangnya era kendaraan listrik.

 

"Perlu ada transisi teknologi untuk meminimalisir dampak perubahan struktur industri supplier sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pengalihan teknologi diharapkan berjalan secara alami, bisa cepat atau lambat tetapi sebaiknya mengakomodasi semua pihak," ujar Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Shodiq Wicaksono pada ajang Forum Wartawan Industri (Forwin), seperti dikutip, Selasa (19/10/2021).

 

Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengamini pernyataan petinggi Gaikindo itu. Ia memperkirakan sekitar 47 persen perusahaan komponen yang menjadi anggota asosiasinya akan terdampak kebijakan kendaraan listrik.

 

"Terutama perusahaan yang yang memproduksi mesin dan ribuan komponen di dalamnya. Produsen transmisi juga akan terpengaruh, yang memproduksi tangki dan filter BBM serta oli, sampai exhaust valve pasti akan terpengaruh," tegas Hamdhani.

 

Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia menurut Hamdhani mau tidak mau membuat anggota Giamm yang nanti hasil produksinya tidak lagi digunakan untuk membuat komponen baru dengan nilai investasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pihaknya perlu partner yang mumpuni di bidang teknologi kendaraan listrik. 

 

“Kalau diperhatikan, pabrikan otomotif contohnya Toyota, Hyundai, Tesla, dan Nissan itu mereka justru memiliki pabrik baterai sendiri. Buat kami, ini menjadi tantangan," kata Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim. ***