EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) start edisi 2023 dengan optimisme. Itu setelah mendapat suntikan dana segar senilai total Rp4,13 triliun. Dana taktis itu, hasil rights issue, dan penyertaan modal negara (PMN). 


Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati  berharap, BTN dapat bersinergi, dan memberi nilai tambah dengan tetap memprioritaskan kesehatan neraca keuangan dalam menjawab tantangan sektor perumahan. ”Jadi, saya berharap, BTN bersinergi, dan memberi nilai tambah tetapi harus sehat, kalau anda sakit,  sama kalau anda sakit punya Covid, mau join sama malah bisa nularin semua. So the first and the most important conditions BTN harus menjadi nilai tambah, anda harus sehat anda harus well governed, anda harus efisien, anda harus better manage, anda harus kompetitif anda baru memiliki nilai tambah,” tutur Sri Mulyani, kala memberi paparan pada Rapat Kerja Bank BTN 2023, di Jakarta, Jumat (27/1).


Pada rapat kerja BTN khusus membahas target, dan inisiatif tahun 2023 itu, Sri Mulyani menekankan pentingnya BTN terus menjaga neraca keuangan pada sisi fundamental  meski diberi amanah pemerintah mendukung program perumahan. ”Kita semua bisa ditugasi negara untuk tujuan apapun, tapi kalau kita ditugasi untuk menjadi profesional adalah menjalankan amanah secara benar, efisien, tidak mudah puas, terus haus terhadap prestasi, meningkatkan, menjaga tata kelola, dan keuangan anda,” imbuhnya.


Sri Mulyani menilai, dalam menetapkan target-target pencapaian dari penggunaan dana right issue tidak dipersempit hanya pada penyaluran kredit ke perumahan, namun harus lebih luas dari target akumulasi 1,32 juta unit tercapai pada 2025. ”Anda BUMN, tidak bekerja sekadar cari untung, keuangan tetap harus dijaga tapi its the not only objective, anda punya idealisme, membangun Indonesia, mensejahterakan masyarakat dari sisi keuangan. Jalankan amanah itu dengan baik istiqomah menjadi mortgage company terbaik ASEAN, membuat rakyat, dan Indonesia bangga kepada anda,” kata Menteri Keuangan.


Merespons arahan Menteri Keuangan itu, Haru Koesmahargyo Direktur Utama Bank BTN, dan Wakil Komisaris Utama Iqbal Latanro, meneken kontrak kerja manajemen tahun 2023. Kontrak memuat sejumlah target dari KPI rights issue. ”Kami akan memastikan amanah terlaksana dengan penuh kesungguhan hingga masyarakat dapat merasakan manfaat nyata yaitu memiliki rumah dengan cepat, mudah, dan murah,” kata Haru.


KPI right issue dimaksud Haru di antaranya peningkatan penyaluran KPR secara akumulatif dari 2021-2024 menjadi 1,32 juta unit, peningkatan profitabilitas, perbaikan rasio permodalan, rasio kualitas kredit, peningkatan kontribusi dividen, pajak untuk negara, dan penciptaan inovasi bisnis. 


Sementara untuk 2023, Haru menilai terdapat sejumlah tantangan mengadang perekonomian, dan bisnis perbankan. Di antaranya likuiditas ketat, kenaikan suku bunga acuan, dan persaingan baik sisi suku bunga kredit maupun tabungan hingga tren transaksi digital menjadi perilaku baru nasabah. Oleh sebab itu, pada rapat kerja bertema Digital Disruption to Expand Mortgage and Beyond tersebut, Haru menegaskan perlunya transformasi digitalisasi bisnis diiringi transformasi leadership.


”BTN berkomitmen mengembangkan digital channel ekosistem untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari sisi hunian. Saat ini, BTN telah memiliki BTN Property, BTN Property for Developers & BTN Smart Residence dapat memberi kenyamanan nasabah mencari rumah idaman sekaligus memberikan jasa after sales kepada nasabah. BTN menciptakan sebuah ecosystem perumahan dapat diakses dalam genggaman tangan. Pengembangan itu, terus dilakukan sebagai bagian komitmen BTN menjadi the best mortgage Bank in Southeast Asia 2025," ucap Haru. 


Sepanjang 2023, BTN memancangkan sejumlah proyeksi. Di antaranya, kredit tumbuh sekitar 9 persen, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sekitar 8 persen, laba bisa meningkat sekitar 8 persen, dan NPL ditekan di bawah 3 persen. Nah, agar BTN mampu menghadapi tantangan dan memaksimalkan potensi tahun 2023 antara lain, harus memperkuat muruah sebagai bank perumahan, peningkatan dana murah, dan peningkatan fee based income atau pendapatan non-bunga. ”Selain itu, sisi SDM, perlu peningkatan kompetensi pegawai, peningkatan budaya melayani nasabah, dan meningkatkan leadership,” tegas Iqbal Latanro, Wakil Komisaris Utama BTN. (*)