EmitenNews.com - Ini peringatan agar Indonesia tidak masuk jurang hiperendemi Covid-19. Karena itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mewanti-wanti pemerintah maupun masyarakat untuk tidak kebablasan dalam merelaksasi dan melaksanakan kebijakan transisi pandemi virus corona (covid-19) menjadi endemi.


"Kalau longgarnya kebablasan, bisa-bisa malah menjadi hiperendemi, alih-alih menuju endemi," kata Zubairi Djoerban.


Kondisi pandemi Covid-19 masih sangat fluktuatif dan dinamis. Karena itulah, Zubairi Djoerban mengingatkan, jangan sampai perilaku-perilaku tak waspada akibat relaksasi justru malah membuat Indonesia masuk dalam jurang hiperendemi covid-19. Bagaimana pun pandemi virus Corona tak boleh membuat kita lengah.


"Saya rasa situasi membaik ini momentum yang pas untuk mempersiapkan transisi. Ya syaratnya harus ada koordinasi yang solid semua pihak dan tidak boleh menurunkan kewaspadaan," kata Zubairi Djoerban melalui cuitan di akun twitter pribadi @ProfesorZubairi, Rabu (15/9/2021).


Hiperendemi adalah situasi tingkat kejadian penyakit lebih tinggi dibandingkan dengan endemi. Kejadian penyakit yang dimaksud mengacu pada kondisi sebaran virus yang konstan dalam suatu populasi, yang terdapat di suatu wilayah geografis tertentu.


Meski begitu Zubairi tak mempermasalahkan rencana pemerintah untuk mengajak warga mulai 'terbiasa' dengan virus corona melalui tahapan transisi menuju endemi covid-19 di Indonesia. Namun menurutnya kondisi itu perlu disiapkan dengan strategi yang apik dari pemerintah.


Pasalnya, pandemi bukan berarti virus corona akan hilang dan tidak ada kasus baru. Banyak faktor yang membuat pandemi bergeser menjadi endemi. Seperti jumlah penularan, kasus, dan kematian beserta polanya, juga soal durasi perlindungan dari vaksinasi dan infeksi alami.


Zubairi pun mencontohkan, pandemi influenza H1N1 tahun 1918 berubah menjadi endemi dan muncul dalam wabah musiman yang lebih kecil pada 40 tahun berikutnya. Kemudian, wabah SARS-CoV-1 yang mewabah sejak 2002 berhenti sampai Juli 2003. Namun ternyata sempat ditemukan pada 2004 di Tiongkok.


"Faktor-faktor ini kan beda di tiap daerah Indonesia. Apalagi masih ada ketimpangan faskes dan serapan vaksinasi yang bervariasi serta ketersediaannya. Kita harus mempersiapkan juga kapasitas layanan kesehatan untuk mengelola lonjakan kasus di masa depan. Mitigasi ini harus ada," katanya.


Seperti kita tahu pembicaraan mengenai transisi pandemi covid-19 menuju endemi kerap disampaikan pemerintah. Di antaranya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan memaparkan skenario pemerintah dalam menghadapi covid-19 sebagai endemi. Skenario tersebut terkait dinamika jumlah penambahan kasus covid-19 pada tahun 2022. ***