EmitenNews.com - Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) melesat pada perdagangan sesi pertama hari ini (11/9).  Harga saham pionir bank digital ini dibuka menguat 6.52% ke Rp2.450 hingga pukul 09.50 WIB. Mengutip data RTI volume transaksi mencapai 9,89 juta saham senilai Rp23,67 miliar. 

 

Saham Bank Jago mulai rebound pada pekan lalu, sekaligus mengakhiri tekanan jual yang berlangsung sejak dua pekan sebelumnya. Saham bank digital yang tertanam di dalam ekosistem GOTO ini sempat turun ke level Rp2.200 dari level harga Rp3.460 yang dicapai pada Juli lalu.    

 

Berbalik arahnya saham Bank Jago disertai akumulasi investor asing. Sepanjang pekan lalu,  investor asing mencatat net buy sebanyak Rp9,1 miliar, berbalik dari posisi net sell Rp-1,8 miliar pada pekan sebelumnya. Inflow terbesar tercatat pada perdagangan Kamis (7/9) saat saham Bank Jago naik 5,53%. 

 

Menurut data RTI, dalam sebulan terakhir foreign flow  atas saham Bank Jago tercatat positif atau terjadi inflow sebanyak Rp18 miliar. Bahkan dalam tiga bulan terakhir, inflow atas saham Bank Jago mendekati Rp100 miliar. 

 

Sejumlah sekuritas memberikan sejumlah catatan terkait prospek saham Bank Jago ke depan, baik secara teknikal maupun fundamental.  

 

Pada 6 September 2023, JP Morgan menerbitkan laporan update mengenai coverage atas saham Bank Jago. Broker asing ini menaikkan rekomendasi saham Bank Jago dari Neutral ke Overweight dengan target price di 2.700.  

 

JP Morgan menaikkan rekomendasi dari netral ke overweight dengan sejumlah pertimbangan. Pertama, Jago berada di fase mencapai profitabilitas lebih tinggi yang ditopang kenaikan pendapatan dan menurunnya cost to income. JP Morgan memperkirakan laba Bank Jago akan mencapai Rp101 miliar, 6 kali lebih tinggi dibandingkan FY 2022.

 

Kedua, Bank Jago mampu menjaga kualitas aset di mana rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Loan/NPL) turun dari 2,7% di Q2 2022 menjadi 1,2% di Q2 2023. Rasio pencadangan terhadap NPL (NPL Coverage) juga berada di taraf yang sehat sebesar 243%. 

 

Selain itu, gross credit cost di Q2 2023 (annualized) juga lebih rendah dibandingkan rata-rata empat kuartal (467 bps vs 565 bps).