EmitenNews.com—PT Indo Acidatama Tbk (SRSN) mencatatkan laba tahun berjalan senilai Rp4,31 miliar hingga kuartal III-2022. Pencapaian itu turun 71,4 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp15,11 miliar.


Kondisi tersebut lantaran penjualan perseroan turun 1,18% yoy menjadi Rp684,30 miliar. Sementara pada kuartal ketiga tahun 2021 perseroan mencatatkan penjualan senilai Rp692,52 miliar.


Secara rinci, penjualan ethanol (alkohol) di pasar domestik berkontribusi besar terhadap pemasukan, yakni mencapai Rp328,67 miliar. Selanjutnya disusul penjualan ethanol ekspor senilai Rp229,45 miliar.


Beberapa produk lain yang terjual, antara lain Acetic Acid senilai Rp102,03 miliar, pupuk Rp11,81 miliar, CO2 Rp1,20 miliar, spiritus Rp2,5 miliar, dan lain-lain Rp8,56 miliar.


Saat pendapatan turun, beban pokok penjualan SRSN justru membengkak 1,97% yoy menjadi Rp573,85 miliar, yang sebagian besar berasal dari biaya pemakaian bahan baku total senilai Rp34,68 miliar, dan beban pabrikasi mencapai Rp107,66 miliar.


Penurunan performa di kuartal tiga ini membuat laba per saham dasar SRSN turun menjadi Rp0,72, dari sebelumnya Rp2,51. Demikianlaporan keuangan SRSNdi keterbukaan informasi, Bursa Efek Indonesia, dikutip Sabtu (5/11/2022).


Neraca keuangan SRSN per September 2022 menunjukkan kenaikan aset sebanyak 2,19% menjadi Rp879,07 miliar, dari akhir 2021 di level Rp860,16 miliar.

Kewajiban pembayaran utang perseroan tumbuh 5,56% menjadi Rp265,96 miliar, sedangkan modal atau ekuitas tumbuh 0,80% di angka Rp613,11 miliar, dengan total saldo laba senilai Rp172,74 miliar.


Per 30 September 2022, SRSN menerima kas dari pelanggan sebanyak Rp631,14 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk membayar pemasok. Adapun perseroan mengeluarkan Rp8,57 miliar sebagai perolehan aset tetap dan aset dalam penyelesaian.


SRSN juga menerima pinjaman jangka pendek dari bank sebanyak Rp292,79 miliar, yang digunakan untuk melunasi pinjaman sejenis serta untuk membayar utang sewa. Dengan demikian, maka nilai kas dan setara kas akhir tahun perseroan mencapai Rp16,20 miliar, lebih rendah dari persediaan awal tahun senilai Rp24,46 miliar.