EmitenNews.com - PT Pertamina Hulu Rokan menggarap potensi minyak dan gas (migas) nonkonvensional. Ini bagian dari langkah PT Pertamina (Persero) untuk mendukung Indonesia mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.


"Kami sedang evaluasi untuk melakukan pengeboran migas nonkonvensional, jadi kami tidak berhenti di eksisting tapi juga mencari potensi-potensi baru di migas nonkonvensional," kata Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee Suardin di Pekanbaru, Riau, Selasa (4/1//2022).


Dalam rencana kerja jangka pendek 2022, Pertamina Hulu Rokan akan melakukan kegiatan evaluasi migas nonkonvensional dengan cakupan dua sumur deepening.


Menurut Jaffee, terdapat peluang pengembangan migas nonkonvensional di Central Sumatra Basin kawasan Blok Rokan berupa potensi minyak atau kondensat dan gas pada kedalaman lebih dari 6.000 kaki di struktur North Aman, South Aman, dan Rangau Trough.


Kondisi geologi, pengeboran, aplikasi teknologi, dan penyiapan fasilitas produksi merupakan tantangan dari pengembangan migas nonkonvensional saat ini.


"Kami sudah melaksanakan focus group discussion bersama SKK Migas dalam rangka penyusunan fiscal term migas nonkonvensional," ujar Jaffee.


Sejauh ini, Pertamina Hulu Rokan sudah memiliki data detail rekomendasi untuk menggarap potensi migas nonkonvensional. Perusahaan menargetkan bisa melakukan pengeboran sumur migas nonkonvensional pada akhir Mei atau Juni tahun 2022.


Jaffee mengatakan aktivitas pengeboran migas nonkonvensional dapat berlangsung sekitar satu sampai dua bulan. Jadi, banyak hal yang harus dilakukan dalam sembilan sampai sepuluh bulan ke depan.


"Ini bisa menjadi tonggak bahwa kami melakukan eksplorasi migas nonkonvensional secara masif," tegas Jaffee.


Pertamina Hulu Rokan sudah bicara dengan penyedia rig untuk melakukan pengeboran sumur minyak nonkonvensional. Rig migas nonkonvensional berukuran lebih besar dibandingkan rig yang saat ini perusahaan pakai dalam melakukan eksplorasi Blok Rokan. Rig migas nonkonvensional memiliki 1.000 sampai 1.500 horse power, sedangkan rig biasa hanya berkekuatan 750 horse power.


Hasil penelitian Badan Geologi Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi migas nonkonvensional yang jauh lebih banyak dan beragam ketimbang migas konvensional.


Namun, perkembangan teknologi dan biaya produksi menjadi tantangan untuk mendapatkan migas nonkonvensional berkualitas tinggi. Tantangan teknologi dan biaya produksi itu dipengaruhi oleh karakter dari migas nonkonvensional yang memiliki permeabilitas rendah dan viskositas yang tinggi.


Sumber minyak nonkonvensional salah satunya adalah heavy oil yang didefinisikan sebagai minyak yang mempunyai nilai API kurang dari 22 persen dan nilai viskositas yang sangat rendah. Karena itu, sangat susah diproduksi, sehingga dibutuhkan teknologi tinggi, seperti steam injector.


Selanjutnya oil sands adalah hasil percampuran antara pasir, bitumen, lempung dan air. Bitumen adalah minyak yang memiliki densitas dan viskositas tinggi serta telah mengalami biodegradasi.


Sumber minyak nonkonvensional selanjutnya adalah oil shale berupa kandungan organik yang masih tersimpan di source rock dan belum matang disebut sebagai kerogen, sehingga perlu dipanaskan untuk mendapatkan minyak.


SKK Migas telah memasukkan shale oil dalam evaluasi migas nonkonvensional sebagai cadangan prospektif untuk dikembangkan di masa depan. Salah satu potensi migas nonkonvensional berada di wilayah Central Sumatra Basin yang kini dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan.


Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya akan melihat terlebih dahulu hasil dari eksplorasi dua sumur migas nonkonvensional yang akan digarap Pertamina Hulu Rokan untuk menetapkan perencanaan ke depan agar potensi ini bisa berkontribusi dalam pencapaian target 1 juta BOPD pada 2030. Ia berharap migas nonkonvensional bisa masuk dalam kontribusi 1 juta barel sekitar tahun 2026 atau 2027. ***