EmitenNews.com - PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan dalam proses akuisisi PT Indonesia Transport & Infrastructure (IATA), menunjuk PT Darma Henwa (DEWA), dan PT MNC Infrastruktur Utama (MIU) sebagai dua kontraktor baru. Penunjukan itu, untuk menambang, dan meningkatkan produksi batubara pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik BCR. 


Sebelum DEWA dan MIU, tiga kontraktor sudah dipekerjakan di bawah IUP milik BCR. Meliputi PT Bara Permata Mining, PT Cipta Bersama Sukses, dan PT Universal Support. Penambahan penunjukkan itu, untuk memenuhi target produksi PT Putra Muba Coal (PMC), PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), dan PT Arthaco Prima Energi (APE) dari 2,5 juta metrik ton (MT) pada 2021 menjadi 8 juta MT pada 2022. 


Hingga akhir 2021, pendapatan BCR diperkirakan mencapai USD74,8 juta dengan EBITDA USD 33 juta. Awal bulan ini, IATA telah meneken perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) dengan PT MNC Investama (BHIT) untuk mengakuisisi 99,33 persen saham BCR. Nilai transaksi sebesar USD140 juta itu, lebih rendah 23 persen dari valuasi BSPC, dan PMC mencapai USD181,9 juta. 


BCR memiliki 9 IUP di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Antara lain BSPC dan PMC sudah beroperasi, menghasilkan batubara dengan kisaran GAR 2.800-3.600 kkal per kilogram (kg). BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta MT, sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT. 


IBPE dan APE akan mulai memproduksi batubara pada 2022. PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) akan beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang. Tujuh IUP itu, memiliki estimasi total sumber daya menjanjikan, lebih dari 1,4 miliar MT.


Selain tambang batubara, BCR juga memiliki infrastruktur pendukung seperti dermaga, dan jalan angkut sepanjang 12 kilometer (km). BCR juga akan membangun dermaga, dan jalan angkut baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. 


”Transaksi material itu, akan dipenuhi dengan penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), dan diharap selesai pada semester pertama 2022,” tutur Santi Paramita, Corporate Secretary MNC Investama, seperti dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/12). (*)