EmitenNews.com - Keren ini. Harga alat tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) PT Bio Farma akan turun dari kisaran Rp325 ribu pada Agustus 2020 menjadi Rp90 ribu per kit sebelum pajak pada Oktober 2021. Penurunan harga produk holding BUMN farmasi ini dimungkinan jika ada peningkatan kapasitas produksi.


"Harga yang diberlakukan ini dengan harapan permintaan meningkat dan Bio Farma dapat mengoptimalkan kapasitas produksi sampai 5 juta tes per bulan," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/11/2021).


Produksi PCR kit di Bio Farma saat ini berkisar 1,2 juta sampai 2 juta kit per bulan. Holding BUMN farmasi ini berupaya agar produksi dapat naik lagi menjadi 5 juta kit per bulan.


Selain didukung oleh peningkatan produksi, penurunan harga juga didorong oleh faktor adanya inovasi produk alat tes PCR mulai dari mBioCov menjadi yang terbaru BioSaliva. Produk mulai diminati pasar seiring dengan meningkatnya kebutuhan.


Dalam paparannya di hadapan anggota DPR, Honesti Basyir mengungkapkan, saat ini sebenarnya masih berlaku harga PCR kit Rp193 ribu per kit. Sudah termasuk pajak. Ini dikenal juga sebagai harga e-katalog yang berlaku sejak Februari 2021.


"Harga e-katalog yang masih tayang ini Rp193 ribu termasuk PPN, sejak Februari 2021. Saat ini sedang dalam proses pengajuan harga baru menjadi Rp89.100 termasuk pajak," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir.


Harga alat PCR kit ini jadi salah satu komponen penyusun struktur harga tes PCR dari Bio Farma secara keseluruhan. Harga ini masuk komponen biaya produksi dan bahan baku yang porsinya 55 persen dari total struktur harga PCR. Sisanya, biaya operasional sekitar 16 persen dari total harga tes PCR, biaya distribusi 14 persen, royalti 5 persen, dan keuntungan 10 persen bagi perusahaan. ***