EmitenNews.com -Ketidakpastian ekonomi global berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan kualitas aset terkait dengan kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya. Ditengah tantangan itu, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) masih tetap optimis menatap bisnis di 2024 ini.

Perseroan baru saja merilis data keuangan yang menyebut bahwa laba bersih sebesar Rp241,29 miliar pada tahun 2023, atau naik 78,5 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp135,95 miliar.

Sedangkan merujuk pada bahan paparan publik MCOR yang di kutip, Selasa (6/2/2024). MCOR memiliki modal inti (core capital tier-1) meningkat signifikan menjadi Rp 6,014 triliun di akhir tahun 2023 sehingga CCB Indonesia (MCOR) memenuhi syarat untuk ditingkatkan status kategori Bank menjadi KBMI 2 di awal tahun 2024.

MCOR melaporkan pertumbuhan kredit sebesar Rp2,7 triliun atau 16% y-o-y yang berasal dari segmen Korporasi dan Komersial. 

Pada sisi aset, peningkatan kualitas aset dengan rasio NPL Bruto yang lebih rendah dari 3,40% pada Desember 2022, menjadi 2,87% Desember 2023.  Pertumbuhan Total Pendanaan juga naik jadi Rp2,0 triliun atau 11% y-o-y yang sebagian besar berasal dari pertumbuhan Deposito.

Peningkatan pendapatan sebesar 13% y-o-y dimana sebagian besar dikontribusi oleh pertumbuhan volume bisnis dan peningkatan margin NIM. Pertumbuhan biaya terkendali dengan JAWS (pertumbuhan pendapatan diatas pertumbuhan biaya) sebesar 11%. Penurunan CKPN sebesar 11% y-o-y yang didukung oleh membaiknya perekonomian dan juga kualitas aset. 

Pertumbuhan laba sebesar 77% y-o-y, dikontribusi oleh pertumbuhan bisnis dan peningkatan profitabilitas (NIM/margin yang lebih baik dari 3,54% menjadi 4,18% dan peningkatan efisiensi). Peningkatan Efisiensi dengan CIR turun dari 62% menjadi 58% dan BOPO turun dari 88% menjadi 83%.

Untuk penyaluran kredit naik menjadi Rp19,4 triliun di tahun 2023 dari tahun 2022 yang tercatat Rp16,7 triliun. Adapun porsi kredit terbesar pada sektor industri pengolahan yang mencapai 21,7 persen, lalu listrik, gas dan air 17 persen, perantara keuangan 16,1 persen, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan 9,6 persen, perdagangan besar dan eceran 9,1 persen, rumah tangga 7,6 persen, konstruksi 6,6 persen, transportasi, perdagangan dan komunikasi 4,7 persen dan lainnya sebesar 7,8 persen.

Manajemen MCOR memadang, kedepan tekanan akan datang pada inovasi digital di perbankan, pengembangan model bisnis digital baru yang dinamis yang mencakup konektivitas pembayaran lintas batas / Local Currency Transactions (LCT), akuisisi pelanggan, penyempurnaan proses, dan lainnya. 

Tingkat persaingan antarbank semakin ketat, walaupun demikian potensi pasar di Indonesia masih terbuka dan relatif besar. Dampak dari persaingan menyebabkan tekanan terhadap margin pendapatan (margin squeeze). Bank perlu berupaya lebih untuk mendapatkan sumber pendapatan dari fee based income.

Maka dari itu, perseroan telah menyiapkan enam strategi untuk menghadapi tahun 2024 dengan mengembangkan bisnis secara prudent dan konservatif pada segmen corporate banking, seiring dengan segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) termasuk komersial, dan consumer banking, dengan memperhatikan keselarasan kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. 

Lalu memastikan CAR dan likuiditas yang memadai untuk pengembangan bisnis pada tahun 2024 dan seterusnya dan tetap konsisten meningkatkan penerapan good corporate governance (GCG) dan Peningkatan sistem manajemen risiko ke level yang lebih advance. 

Perseroan jug akan mengoptimalisasi kantor yang sudah ada, menuju pengembangan perbankan digital secara bertahap dengan dorongan peningkatan kualitas modal manusia (human capital) dengan peningkatan skala program training dan kesempatan pengembangan yang lebih beragam. 

Penguatan infrastruktur sistem TI untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kapabilitas bisnis bank. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk manage risk, mempermudah kontrol, fungsi AML dan anti fraud juga pengembangan produk dan jasa.