EmitenNews.com -Fungsi utama perbankan sejatinya hanya tiga, yakni untuk menyimpan dana (saving), memindahkan dana (payment dan transfer) dan menyalurkan kembali dana menjadi kredit. Untuk menjalankan ketiga prinsip dasar ini, bank memiliki strategi yang berbeda.

 

Di masa lalu, bank memperluas layanan nasabah dengan membangun jaringan kantor cabang dan mesin ATM. Mulai dari tingkat kantor wilayah, provinsi hingga kecamatan. Semua layanan nasabah nyaris dikerjakan sendiri. Strategi brick and mortar ini tentu berimplikasi pada tingginya jumlah karyawan dan biaya operasional. 

 

Dengan konteks seperti itu, bank kecil menengah bakal sulit mensejajarkan diri, apalagi ikut berkompetisi. Butuh investasi dan modal besar untuk meningkatkan skala bisnis agar bisa ikut menggerakkan ekonomi. “Situasi mulai berubah drastis ketika adopsi teknologi di industri jasa keuangan berlangsung massif. Munculnya berbagai platform digital menjadi katalis lahirnya kolaborasi yang unik antara aplikasi dan bank,” kata Andy Djiwandono, Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago, dalam forum diskusi di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis, 20 Juli.  

 

Andy menjelaskan, adopsi teknologi dan menjamurnya platform digital memampukan bank kecil memperluas pangsa pasar tanpa harus bangun ratusan kantor cabang dan rekrut ribuan tenaga kerja. Bank kecil tidak perlu mengikuti peta jalan bank besar untuk menjadi besar. “Kuncinya terletak pada kolaborasi dan kemampuan bank tertanam dalam suatu ekosistem. Fungsi dasar sebuah bank tetap bisa dijalankan secara minimalis berkat teknologi dan dukungan ekosistem,” katanya.

 

Berbekal prinsip itu, Andy menegaskan, Bank Jago saat ini memilih strategi penyaluran kredit melalui kolaborasi (partnership lending) dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan financial technology (fintech), multifinance, dan lembaga keuangan lainnya. “Inilah cara kami dalam berkontribusi menggerakkan ekonomi. Kami melihat kolaborasi adalah cara yang efektif untuk membantu memberikan pembiayaan kepada nasabah secara cepat dengan risiko terukur,” katanya.

 

Saat ini, Jago berkolaborasi dengan PT BFI Finance Tbk (BFIN), salah satu multifinance terkemuka. Kedua institusi ini baru saja melakukan kerjasama pembiayaan (joint financing) senilai Rp2 triliun. “Bank Jago memberikan fasilitas pendanaan ke BFI dalam bentuk joint-financing dan term loan, itu nilainya cukup besar,” kata Direktur BFIN Sudjono dalam acara Emiten Talk yang dihelat Stockbit Sekuritas, Jumat (14/7/2023) lalu. 

 

Selain kerjasama pembiayaan, BFIN dan Jago juga menjajaki berbagai peluang kolaborasi lain yang saling menguntungkan. Antara lain kemudahan dalam hal pembukaan rekening. “Nasabah BFI yang belum memiliki rekening nantinya juga bisa membuka rekening secara langsung lewat aplikasi Bank Jago,” imbuhnya dalam acara yang sama.

 

Jauh sebelum BFIN, Jago sudah lebih dulu berkolaborasi dengan ekosistem GOTO melalui integrasi aplikasi. Kerjasama ini akan terus diperluas sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pengguna. Partner strategis lainnya dengan aplikasi reksadana onliine Bibit.ID dan Stockbit

 

Berkat strategi penyaluran kredit melalui kolaborasi, sampai kuartal I-2023, penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp 10,84 triliun, tumbuh 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,15 triliun. “Kami juga melihat kebutuhan pembiayaan masih besar dan terdapat segmen yang belum terlayani. Maka itu, kami sedang mengkaji dan mengembangkan produk/layanan pembiayaan berbasis aplikasi,” katanya.