EmitenNews.com—Harga spot minyak sawit mentah (CPO) acuan Malaysia berada di jalur rata-rata sekitar USD1.175 per ton (t) pada tahun 2022, setelah rebound di atas USD850/t pada 4Q22, dari level akhir September sekitar USD700/t, dan 1H22 yang sangat kuat. 

 

Fitch Ratings dalam risetnya yang dikutip pada akhir tahun ini, berasumsi harga rata-rata akan lebih rendah secara signifikan pada USD850/t pada tahun 2023, meskipun menguat di 1H23 hingga di atas USD900/t, karena pelemahan di 2H23. Prospek pertumbuhan permintaan minyak sawit didorong oleh keputusan Indonesia pada Desember 2022 untuk meningkatkan porsi bahan bakar berbasis minyak sawit dalam solar. 

 

Selain itu, pola cuaca La Nina yang berlanjut dapat menyebabkan banjir di perkebunan di wilayah tersebut pada 1Q23, yang mempengaruhi operasi dan membatasi hasil. 

 

Namun, Fitch perkirakan peningkatan pasokan dari 2Q23 akan menyebabkan harga turun di 2H23. Produksi minyak sawit global kemungkinan akan tumbuh sebesar 5% pada tahun pemasaran 2022-2023 (MY23), sesuai perkiraan oleh Departemen Pertanian AS (USDA), setelah sebagian besar datar sejak MY20. 

 

Pandangan tersebut didukung oleh data produksi terbaru, yang menunjukkan bahwa output di Indonesia berada dalam tren naik sejak Juni 2022 dan volume Malaysia naik secara tahunan pada 2H22 meskipun ada dampak dari kekurangan tenaga kerja. 

 

Ketersediaan pekerja asing di Malaysia berangsur-angsur membaik, dan kami memperkirakan situasi akan kembali normal pada pertengahan 2023. Ini harus meningkatkan frekuensi panen dan output. dan kami memperkirakan situasi akan kembali normal pada pertengahan 2023. 

 

Ini harus meningkatkan frekuensi panen dan output. dan kami memperkirakan situasi akan kembali normal pada pertengahan 2023. Ini harus meningkatkan frekuensi panen dan output.