EmitenNews.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, ekspor sektor manufaktur menembus USD186,98 miliar atau menyumbang 72,24 persen dari total nilai ekspor nasional sebesar USD258,82 miliar pada tahun 2023.


“Di tengah kondisi dunia yang sedang tidak stabil, industri kita tetap agresif untuk memperluas pasar ekspornya. Ini menandakan bahwa produk manufaktur kita telah berdaya saing sehingga diakui dunia,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (15/2).


Menperin menegaskan, realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari-Desember 2023 tersebut melampaui target yang ditetapkan, yang sebelumnya diproyeksi sekitar USD186,40 miliar. “Untuk tahun 2024, kami menargetkan USD193,4 miliar. Kami optimistis bisa tercapai,” ungkapnya.


Kinerja ekspor yang melaju tersebut berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar USD17,39 miliar pada tahun 2023. Ini artinya melanjutkan capaian surplus pada 2022 lalu.


Adapun lima sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023, yakni industri logam dasar sebesar USD42 miliar, disusul industri makanan dan minuman (USD41,69 miliar), industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (USD18,12 miliar), industri kimia, farmasi dan obat tradisional (USD17,30 miliar), serta industri alat angkutan (USD13,12 miliar).


Sementara itu, apabila dilihat dari tahun 2019-2022, terjadi tren peningkatan ekspor industri pengolahan nonmigas nasional. Pada tahun 2019, ekspor produk manufaktur mencapai USD127,38 miliar, naik menjadi USD131,09 miliar di tahun 2020. Kemudian pada tahun 2021, naik lagi menembus USD177,20 miliar, dan melonjak signifikan jadi USD206,06 miliar di tahun 2022.


Dalam meningkatkan diversifikasi produk ekspor, Kemenperin terus mendorong jenis produk ekspor yang dihasilkan dengan kompleksitas tinggi atau bernilai tambah tinggi seperti dari hasil hilirisasi nikel. “Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selainnya merupakan produk baru dengan low complexity seperti aluminium oksida, dan turunan CPO,” papar Agus.(*)