Menteri Rosan Ungkap, Realisasi Investasi 2025 Tembus Rp1.905 Triliun
Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani. Dok. Sekretariat Negara.
EmitenNews.com - Realisasi investasi sepanjang 2025 menggembirakan. Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani memberikan indikasi realisasi investasi bakal menembus Rp1.905 triliun. Capaian tersebut sesuai yang direncanakan.
Dalam pernyataannya di media sosialnya, Selasa (30/12/2025), Menteri Rosan Roeslani menyebutkan, pencapaian itu juga menjadi pondasi penting bagi penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan usaha, serta penguatan ekonomi rakyat secara berkelanjutan.
“Di penghujung tahun 2025, kami bersyukur target investasi nasional Insyaallah sebesar Rp1.905 triliun dapat tercapai,” ungkap mantan Ketua Umum Kadin Indonesia itu.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras seluruh pemangku kepentingan, termasuk jajaran Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.
Sepanjang 2025, berbagai upaya strategis telah dilakukan untuk mendorong iklim investasi yang kondusif, meningkatkan kepercayaan investor, serta memastikan investasi yang masuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Ke depan tantangan yang dihadapi akan semakin besar. Target investasi nasional pada 2026 ditetapkan meningkat menjadi Rp2.175 triliun.
“Target investasi 2026 meningkat menjadi Rp2.175 triliun menuntut kita untuk terus beradaptasi, memperkuat SDM, serta bekerja lebih cepat dan tepat,” kata eks Dubes RI di Amerika Serikat itu.
Target tersebut menuntut seluruh jajaran Kementerian Investasi untuk terus beradaptasi dengan dinamika global. Juga memperkuat kualitas sumber daya manusia, serta bekerja dengan lebih cepat, tepat, dan kolaboratif.
Kementerian Investasi berkomitmen terus memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan investasi nasional. Hal itu diwujudkan melalui kebijakan progresif, pelayanan profesional, serta fokus pada penciptaan lapangan kerja berkualitas.
Diplomasi ekonomi tidak hanya menarik arus dana asing dalam jangka pendek
Tenaga Ahli Badan Komunikasi Pemerintah Fithra Faisal Hastiadi mengemukakan, upaya pemerintah mengintensifkan diplomasi ekonomi tidak hanya ditujukan untuk menarik arus dana asing jangka pendek, tetapi lebih diarahkan pada investasi produktif jangka menengah dan panjang. Strategi ini penting untuk menopang target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8%.
Dalam jangka pendek Indonesia memang diuntungkan oleh sentimen positif pasar keuangan. Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) serta imbal hasil obligasi pemerintah yang relatif menarik mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi nasional.
“Indeks Harga Saham Gabungan sudah hampir menembus Rp9.000-an, bagaimana yield trade dari bond kita juga relatif menarik ya, bahkan sekarang menuju 6%,” kaa Ekonom FEB UI itu, kepada pers, di kompleks FEB UI, Depok, Minggu (14/12/2025).
Namun, arus dana portofolio tidak menjadi fokus utama diplomasi ekonomi Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah, kata Fithra, justru menargetkan masuknya investasi sektor riil yang mampu menciptakan nilai tambah dan dampak berkelanjutan bagi perekonomian. “Yang dilakukan Presiden dan kementerian teknis adalah mengejar target-target investasi jangka menengah dan panjang.”
Investasi jangka panjang menjadi kunci untuk mendorong ekspansi sektor strategis seperti energi, teknologi informasi dan komunikasi (ICT), serta sektor-sektor pendukung hilirisasi.
Dengan strategi tersebut, diplomasi ekonomi diharapkan tidak hanya memperkuat indikator pasar keuangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. ***
Related News
BI Rate 2025 vs 2024, Bagaimana Arah Kebijakan Bank Indonesia di 2026?
Wamenkeu: APBN di Daerah Harus Berorientasi pada Dampak dan Manfaat
Perekonomian Nasional Akhir Tahun 2025 Terjaga Tetap Resilien
Harga Emas Antam Hari ini Amblas Hingga Rp95.000 per Gram!
Cerita Panjang Membangun Desa yang Berdaya dan Mandiri
Cegah Harga Turun, Bahlil akan Pangkas Produksi Batu Bara dan Nikel





