EmitenNews.com - Industri makanan dan minuman merupakan salah satu subsektor yang mencatatkan kinerja kuat pada pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, adanya tren konsumsi rumah tangga yang terus meningkat, pertumbuhan industri makanan dan minuman juga diproyeksikan akan terus menguat dan mempertegas perannya sebagai kontributor utama sektor industri pengolahan nonmigas.

“Industri ini tidak hanya menjadi penopang pertumbuhan manufaktur nasional, tetapi juga sangat strategis dalam menyediakan kebutuhan dasar masyarakat, memperkuat rantai pasok pangan, serta memastikan ketersediaan produk yang aman, terjangkau, dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (16/12).

Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2024 mencapai USD 265,07 miliar, tertinggi sepanjang perjalanan industri nasional. Capaian ini menempatkan Indonesia dalam 15 besar negara manufaktur dunia, serta terbesar kelima di Asia setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Di kawasan ASEAN, nilai MVA Indonesia berada pada posisi tertinggi, melampaui Thailand dan Vietnam.

“Kenaikan MVA ini menjadi indikator bahwa struktur industri nasional semakin kuat dan berdaya saing. Pemerintah terus mendorong kebijakan hilirisasi, peningkatan penguasaan teknologi, serta penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk mempercepat transformasi industri,” tutur Agus.

Dalam State of The Global Islamic Economy Report 2024/2025, Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam ekosistem industri halal global, dengan kenaikan skor tertinggi sebesar 19,8 poin dibandingkan tahun 2022. Indonesia juga menunjukkan performa unggul pada tiga sektor utama yang relevan dengan industri manufaktur, yaitu modest fashion, farmasi dan kosmetik halal, dan makanan dan minuman halal.(*)