EmitenNews.com -  PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menargetkan nilai wajar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kisaran 8.100 pada semester II tahun depan, setelah adanya pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu putaran kedua. 

 

Robertus Hardy, Head of Research Team Mirae Asset, mengatakan potensi penguatan indeks saham utama domestik tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga dapat memicu iklim investasi yang positif, baik untuk pasar saham maupun pasar obligasi. Dia juga menilai kondisi itu menjadi peluang untuk memilih strategi investasi yang lebih agresif. 

 

“IHSG akan didukung beberapa sektor yaitu perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan sektor lain yang terkait barang konsumsi. Prediksi tersebut didasari valuasi fundamental rasio harga saham per laba (P/E ratio) sebesar 14x-15x dan asumsi pertumbuhan dividen per saham (EPS growth) sebesar 10%-15%,” ujar Robert dalam press release, 28 November 2023. 

 

Prediksi pasar tersebut disampaikan Robert dalam acara Investor Network Summit 2023 bertema Building Sustainable Investment Strategy for Uncertain Times yang digelar hari ini, 28 November 2023. 

 

Terkait dengan prediksi tersebut, dia menyarankan investor untuk mengalokasikan mayoritas portofolionya dalam bentuk saham (saham unggulan/blue chips, saham lapis dua, dan atau reksa dana indeks) sebesar 60% dan sisanya yaitu 40% pada instrumen obligasi pemerintah untuk paruh kedua 2024. 

 

Pada kesempatan yang sama, Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menilai tahun depan inflasi akan terkendali dan terbuka peluang terjadinya penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia, seiring dengan kemungkinan Bank Sentral AS yaitu The Fed menurunkan suku bunga acuannya. Dari sisi inflasi, kenaikan harga barang-barang tahun depan diprediksi 2,65%, lebih rendah dari perkiraan tahun ini 2,85%. 

 

“Dengan kemungkinan the Fed menurunkan suku bunga hingga 100 bps menjadi 4,5%, kami juga memprediksi BI akan menurunkan suku bunga dengan besaran yang serupa, menjadi 5,0%. Kami juga optimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mencapai 5,12%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini yang diprediksi sebesar 4,88%.”

 

Selain itu, Rully memprediksi kinerja neraca perdagangan Indonesia akan tetap mengalami surplus sepanjang tahun 2024 dan keseimbangan eksternal masih tetap terjaga sehingga memprediksi rupiah akan terapresiasi dengan rata-rata sepanjang tahun Rp 14.750  per dolar AS dan posisi akhir tahun Rp 14.535 per dolar AS. 

 

Secara umum, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat, dia menilai masih ada peluang ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi tahun depan dibandingkan dengan tahun ini. Perekonomian Indonesia tahun depan, lanjutnya, masih akan tetap didorong oleh aktivitas ekonomi domestik, dengan masih terjaganya inflasi dan konsumsi rumah tangga.