EmitenNews.com - Rekam jejak An Shaohong, warga negara China yang dalam dua tahun terakhir menguasai pucuk tiga emiten PT Green Power Group Tbk. (LABA), PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk. (KRYA), dan PT Oscar Mitra Sukses Tbk. (OLIV) mendadak terhenti. 

An Shaohong menduduki kursi Direktur Utama LABA sejak Juni 2024 hingga Komisaris Utama di dua emiten lain yakni, KRYA dan OLIV pada awal 2025. Pengaruhnya meluas seiring aksi akuisisi dan ekspansi agresif yang dijalankan grupnya. Ketiganya dikenal sebagai emiten pelaku backdoor listing yakni, berkaitan dengan pergantian pengendali lewat aksi akuisisi atau caplok saham.

Nama An Shaohong menguat sejak 2024 lewat rangkaian aksi korporasi agresif dari RUPS LABA pada Juni 2024, akuisisi 70% KRYA oleh LABA pada pertengahan 2025, hingga pendirian anak usaha baru pada November 2025. 

Namun, per 21 November 2025, ritme itu berubah drastis. Imigrasi menangkap seorang WNA berinisial A.S. yang dikaitkan kuat dengan An Shaohong. Ia sempat melarikan diri sebelum diringkus. Pemeriksaan menemukan pelanggaran izin tinggal, kelalaian pelaporan, hingga temuan informasi bahwa ia berada dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) di Tiongkok.

Ironisnya, hanya lima hari setelah penangkapan, OLIV tetap mengangkat An Shaohong sebagai komisaris lewat RUPSLB pada 26 November. Keputusan tersebut memicu tanda tanya di pasar modal dan puncaknya, pada Jumat lalu, 5 Desember 2025 An Shaohong resmi dideportasi dan masuk daftar tangkal.

Publik mempertanyakan bagaimana figur yang sedang diperiksa bisa lolos masuk struktur manajemen. 

Kabar ini meledak pada Senin, 8 Desember 2025, menekan tiga emiten yang ia pimpin. Masing-masing buru-buru merilis klarifikasi bahwa operasional perseroan masih berjalan normal. 

LABA menjadi yang paling tersorot, dengan mengakui belum bisa menghubungi An Shaohong sejak kasus mencuat dan menjelaskan bahwa persoalan imigrasi itu “urusan pribadi”.  

Lu Haiying, Corporate Secretary LABA dalam terbitannya per Senin (8/12) menekankan bahwa apabila memang terdapat persoalan keimigrasian yang menyangkut An Shaohong, hal tersebut berada di ranah pribadi dan tidak berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. 

“Perseroan tidak terlibat dalam kasus yang sedang dihadapi oleh Bapak An Shaohong, baik di Indonesia maupun negara asalnya,” tulis Lu Haiying.

Meski isu mencuat, LABA menegaskan operasional bisnis tetap berjalan normal. Sebagai langkah antisipatif, manajemen menjadwalkan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Januari 2026. Agenda ini dipersiapkan untuk mengevaluasi struktur organisasi apabila diperlukan penyesuaian seiring perkembangan situasi. ***