EmitenNews.com—PT United Tractors Tbk (UNTR) menyatakan permintaan alat berat saat ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. UNTR optimistis permintaan alat berat masih akan ramai hingga 2023. Hal itu sejalan dengan meningkatnya target produksi batu bara oleh sejumlah perusahaan. 

 

Dari awal tahun atau akhir tahun lalu kita sudah berdiskusi dengan prinsipal untuk menambah alokasi. Memang diakui ada keterbatasan, namun juga dilakukan upaya dari pihak principal untuk mengalokasikan di indonesia bukan hanya dari Jepang saja  tapi juga dari beberapa negara lain,” kata Presiden Direktur United Tractors Frans Kesuma dalam Workshop Wartawan Pasar Modal oleh Astra, Rabu (10/8/2022).

 

Selain itu, termasuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri, peningkatan dari eksisting plant, serta alokasi dari negara lain seperti India. "Itu bisa meningkatkan kemampuan supply untuk customer,” imbuh Frans.

 

Ia menegaskan, permintaan tahun depan akan semakin meningkat terutama untuk sektor pertambangan baik untuk batu bara maupun nikel. Di sisi lain dari sisi kendaraannya, Frans mengatakan tahun depan bertepatan dengan periode pergantian atau peremajaan alat beberapa perusahaan yang umumnya dilakukan per lima tahun.

 

"Jadi ada akumulasi karena 2016-2017 itu terakhir batu bara meningkat pesat. Sehingga sekarang akumulasi dari replacement alat 5 tahun periode, di tambah peningkatan kapasitas produksi, itu yang menambah luar biasanya demand di tahun ini,” ujar dia.

 

Perseroan telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar 35 persen pada paruh pertama 2022.Belanja modal itu terutama dialokasikan untuk alat berat di PT Pamapersada Nusantara (PAMA).

 

"Jadi sampai setengah tahun baru sekitar 30—35 persen, namun realisasi ini sesuai yang ada di United Tractors," kata Frans.

 

Meski begitu, Frans optimistis perseroan dapat merealisasikan seluruh rencana belanja modal pada 2022. Perseroan menyiapkan belanja modal hingga USD 800 juta oada 2022. Belanja modal itu naik sekitar empat kali lipat dibandingkan belanja modal tahun lalu sekitar USD 190 juta.

 

Sebelumnya, manajemen mengatakan belanja modal tersebut sebagian besar akan dialokasikan untuk mendukung bisnis tambang perseroan sekitar USD 570 juta. Kemudian untuk tambang emas akan dialokasikan sekitar USD 177, dan sisanya akan dibagi rata untuk bisnis-bisnis lainnya.