EmitenNews.com - Sektor pertanian memegang peranan penting baik dalam rantai pasok nasional maupun global. Pada triwulan IV-2023, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang kontribusi sebesar 11,39% terhadap perekonomian Indonesia. Capaian tersebut menempatkan sektor pertanian sebagai sektor terbesar ketiga setelah industri pengolahan (19,08%) dan perdagangan (12,96%).


Guna menjaga ketahanan, keberlanjutan ketersediaan pangan, dan pengelolaan rantai pasok, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Kedeputian Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis bekerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta untuk menyelenggarakan kegiatan Lokakarya: Pertukaran Keahlian Indonesia - Inggris dengan tema “Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Rantai Pasok” yang diselenggarakan secara hybrid pada Kamis (7/03).


“Ini bagian dari rangkaian kerja sama kita dengan Pemerintah Inggris dan juga tindaklanjut ketika tahun lalu saya menghadiri Food Security Summit di London, dan juga dilakukan beberapa bilateral dengan Pemerintah Inggris,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Dida Gardera saat menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara tersebut..


Salah satu isu yang akan dilakukan kerja sama adalah bagaimana memperkuat supply chain terkait dengan pangan ini, baik secara domestik, sharing bagaimana di UK dan di Indonesia. "Dan yang lebih penting lagi bagaimana supply chain secara global," tambahnya.


Lokakarya tersebut membahas pengembangan rantai pasok yang berdaya saing, sekaligus mengidentifikasi kerawanan impor bahan pangan. Tujuan dari kegiatan ini tentunya untuk mempresentasikan pendekatan Inggris dalam mengidentifikasi kerawanan impor bahan pangan dan berbagi ide terkait upaya mencapai ketahanan pangan melalui pengembangan rantai pasok yang lebih tangguh.


Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk kolaborasi yang terus didorong oleh Kemenko Perekonomian untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia di sektor pertanian.


“Nah, ini tentu banyak hal yang bisa kita pelajari. Kita bisa adopt di kebijakan kita, tentu dengan penyesuaian dengan konteks Indonesia,” imbuh Deputi Dida.


Rantai pasok di sektor pertanian tentunya memiliki sejumlah keunikan yang membedakan dengan rantai pasok di sektor lainnya. Keunikan yang dimiliki meliputi jumlah petani yang besar dengan skala produksi yang kecil, daya tahan produk terbatas, permintaan yang tidak stabil, dan sejumlah produk yang bersifat musiman. Keunikan tersebut mengakibatkan sektor pertanian membutuhkan rantai pasok yang tidak hanya efisien tetapi juga responsif dan memberi nilai tambah bagi petani.


Pada kesempatan tersebut, Deputi Dida berharap diskusi yang dilakukan hari ini akan menghadirkan banyak ilmu yang bermanfaat. Selain itu, akan ditindaklajuti dengan agenda lain yang menyesuaikan karakteristik rantai pasok setiap komoditas, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti yang telah diterapkan di Inggris. Deputi Dida juga berharap pelatihan yang akan dilaksanakan siang hingga sore hari ini dapat memberikan pemahaman terhadap mitigasi risiko ketergantungan pangan.


“Secara reguler kita berdiskusi dengan Pemerintah Inggris, terutama lewat UK Embassy, bagaimana kita men-develop kerja sama ini, salah satunya juga bekerja sama dengan kedeputian 7, bagaimana kita memperkuat hubungan dagang antara kedua negara. Nah ini program-program nya tentu nanti akan ada yang lebih detail lagi bagaimana bisa memperkuat, apakah sifatnya itu capacity building atau hal-hal yang kita bisa dilakukan kerja sama. Terus berproses lah itu,” ungkap Deputi Dida.


Dalam sesi tanya jawab, berbagai hal turut disampaikan mulai dari kriteria skala usaha di UK, peran Pemerintah UK terhadap permasalahan produk yang tidak tahan lama, hingga bagaimana cara Pemerintah UK dalam melakukan kerja sama antar negara yang lebih efisien, termasuk dalam menjaga harga komoditas.(*)