EmitenNews.com - Presiden Joko Widodo mengajak para pelaku industri maupun regulator di sektor keuangan tetap optimistis menyongsong 2022. Sektor-sektor usaha hendaknya dibuka secara hati-hati dan bertahap.


"Sektor-sektor yang kita buka juga bertahap, tidak usah tergesa-gesa. Kalau peluang dibuka ya dibuka dengan protokol kesehatan. Mau ada event-event besar juga silakan, tapi didampingi satgas, penuh kehati-hatian. Karena kita lihat negara-negara lain yang tidak hati-hati muncul gelombang ke-3, gelombang ke-4," katanya pada pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2021 Rabu (24/11).


Pertemuan dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju antara lain Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, maupun Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.


Presiden engakui selama 1,5 tahun pandem dampaknya sudah meluas ke berbagai sektor.


"Kita awalnya hanya berpikir urusan kesehatan yaitu menyelesaikan vaksinasi. Tapi ternyata dampak pandemi ke mana-mana. Tadi disampaikan pak Gubernur BI hampir semua negara ada kelangkaan energi, kelangkaan kontainer, inflasi yang naik, kemudian yang terakhir kenaikan harga produsen yang imbasnya nanti akan masuk ke harga-harga di tingkat konsumen, semuanya tidak diprediksi sebelumnya," jelas Presiden.


Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, Presiden Jokowi memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 adalah 7,07 persen. Namun pada kuartal III-2021 turun menjadi 3,51 persen.


"Kenapa bisa turun dari kuartal II ke kuartal III? Kita ingat bulan Juli kita PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat 1 bulan penuh. Kita rem total karena peristiwa varian delta yang tidak kita sangka-sangka," ungkap Presiden.


Tapi saat ini, menurut Presiden Jokowi, aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak kembali. Indeks keyakinan konsumen sudah normal kembali seperti sebelum pandemi. Indeks Penjualan Eceran juga mulai merangkak naik, menguat seiring dengan pelonggaran mobilitas, kenaikan mobilitas.


Dari sisi produksi, Purchasing Managing Index Manufacture (PMI) Indonesia lebih tinggi dari sebelum pandemi yaitu angka 57,2.


"Sementara sebelum pandemi angka kita 51. Artinya apa? Demand sudah ada dan semakin baik, kalau demand ada artinya apa? manufaktur, pabrik, industri pasti berproduksi, 57,2 ini angka sangat tinggi, jadi pabrik, industri melihat ada prospek permintaan," tambah Presiden.


Presiden sebelumnya mendapat laporan dari Menkeu bahwa capaian penerimaan pajak pada 2021 cukup baik. PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) juga sudah lebih dari 100 persen, tumbuh 18,2 year on year.


"Angka sangat besar sekali tapi sekali lagi ketidakpastian selalu mengikuti jadi kita tetap optimis tapi tetap harus hati-hati," kata Presiden.


Presiden Jokowi pun mengucapkan terima kasih kepada jajaran Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpangan (LPS) yang dinilai memiliki komunikasi yang sangat baik.(fj)