EmitenNews.com - Indeks Wall Street ditutup menguat pada level tertinggi baru pekan lalu. Itu dipicu peningkatan optimisme pasar kalau The Fed akan menurunkan suku bunga pekan ini. Sikap The Fed itu, sejalan dengan data inflasi lebih rendah dari estimasi. 

Data inflasi Amerika Serikat (AS) September 2025 tercatat 3 persen YoY dari Agustus 2025 di kisaran 2,9 persen, namun lebih rendah dari estimasi 3,1 persen YoY. Rekam jejak inflasi tersebut berada pada level tertinggi sejak Januari 2025 akibat kenaikan harga energi secara signifikan. 

Sedang inflasi inti turun menjadi 3 persen dari 3,1 persen. Ekspektasi adanya pemangkasan suku bunga lebih banyak akan mendorong aktivitas ekonomi memicu penguatan indeks. Pekan depan, fokus perhatian pasar akan tertuju pada pertemuan The Fed.

Berdasar konsensus, The Fed akan menurunkan suku bunga 25 bps menjadi pada kisaran 3,75 persen hingga 4 persen. Investor juga akan menantikan keputusan suku bunga dari ECB, Bank of Japan, dan Bank of Canada. Selain itu, pasar akan mencermati pertemuan antara Presiden AS Donald Trump, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis, 30 Oktober 2025. 

Government shutdown AS diperkirakan masih akan berlangsung pekan ini, dan akan menjadi shutdown terlama kedua sepanjang sejarah. Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membentuk candlestick shooting star. Itu mengindikasikan adanya potensi koreksi. Sementara Stochastic RSI berpotensi membentuk death cross pivot area. 

Dengan begitu, indeks diperkirakan berpotensi menguji level 8.250-8.200 pekan ini. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Rukun Raharja (RAJA), Jasa Marga (JSMR), Panin Financial (PNLF), Inocement (INTP), Astra Otoparts (AUTO), dan Essa Industries (ESSA). (*)