RDN Amblas 99 Persen! Investor Ngaku Rugi Miliaran Rupiah

Potret tampak gelap lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta.
EmitenNews.com - Isyarat lampu kuning, sinyal kewaspadaan baru akibat kasus peretasan Rekening Dana Nasabah (RDN) di salah satu sekuritas ternama ini menuai kecaman, ketakutan, dan trauma paranoid baru bagi investor pasar modal hari-hari ini.
Tabungan investasi yang turut dikumpulkannya bertahun-tahun, milik satu keluarga ini telah raib 99%, setelah akun milik sang ibu diretas.
Tabulasi total 35 tahun tabungan terkumpul senilai Rp1,69 miliar itu, kini tersisa hanya Rp16 juta di kolom portofolio, yang mana hal ini tak kurang dari 1% dari total keseluruhan dana RDN yang berhasil digondol oleh entitas hacker itu.
Kisah tersebut ditampik oleh Natasha Mei (@natashammei), putri korban, dalam kanal siniar YouTube Leon Hartono yang tayang Selasa malam (23/9/2025). Ia menuturkan betapa sepuluh bulan terakhir ini, keluarganya merasa seperti menghadapi jalan buntu.
“Itu yang membuat kami merasa seperti sudah ada di jalan buntu. Kalau dilanjutkan, tidak ada kepastian uang kembali, malah harus keluar biaya lebih. Kami orang biasa, tidak mengerti hukum. Kalau lewat jalur hukum, prosesnya akan sangat panjang. Sampai sekarang belum ada kejelasan dari pihak sekuritas. Kami hanya berharap ada iktikad baik untuk menyelesaikan, walaupun sudah cukup lama berproses,” ujarnya.
Natasha mengingat kembali kronologi pada 18 November 2024 ketika email trade confirmation rutin sore hari memperlihatkan transaksi janggal.
Saham waran seperti BINO-W, ISAP-W, dan MEJA-W dibeli di harga tinggi Rp7–21 per lembar, lalu langsung dijual di harga rendah Rp4–11. Bahkan, saham-saham big bank seperti BBCA, BBRI, dan BBNI ikut dilepas, menghasilkan kerugian lebih Rp1,36 miliar di hari itu.
“Hari pertama rugi Rp1,36 miliar, hari kedua rugi Rp313 juta. Jadi total hilang sekitar Rp1,67 miliar hanya dalam dua hari. Dana RDN semua ludes, dipakai untuk jual-beli saham waran dan small caps ribuan kali transaksi dalam hitungan detik,” ungkap Natasha.
Pada 19 November 2024, transaksi serupa kembali terjadi. Kali ini menyasar saham-saham small caps seperti ACST, GTRA, IDEA, LFLO, OLIV, PLAN, ZBRA, ZYRX, ZONE, serta waran ISAP-W dan TYRE-W. Ribuan order terpantau tek-tok keluar-masuk begitu cepat, tidak mungkin dilakukan secara pribadi.
“Nyokap saya jelas bukan orang yang paham teknologi. Tidak mungkin bisa melakukan transaksi ribuan kali dalam hitungan detik,” tegas Natasha.
Rasa trauma sangat membekas dirasakan bagi keluarganya. Natasha juga menyebut, “Akun sempat diblokir, lalu terakhir bisa masuk lagi. Tapi sejak itu kasus masuk investigasi. Nyokap saya juga tidak mau buka lagi, karena trauma. Masih sedih mengingatnya.”
Hingga kini, proses investigasi di sekuritas juga belum memberi kepastian akan aktor di balik layar transaksi atas frekuensi ribuan kali yang ada pada riwayat trade pada akun saham milik ibunya.
“Sampai sekarang masih deadlock. Kami sudah bingung harus bagaimana. Trauma jelas ada. Tapi kalau ditanya kapok, saya pribadi tidak. Kami sekeluarga memang vakum dulu dari pasar saham, sambil menunggu penyelesaian. Kami sangat berharap ada itikad baik dari sekuritas. Nominal ini sangat besar bagi keluarga kami, meski mungkin kecil bagi mereka,” tambahnya.
Leon Hartono dalam kanal siniarnya juga menyoroti kasus Annalia Setiawan, nasabah sekuritas ternama yang sama, yang juga terindikasi kasus pembobolan serupa, senilai kerugian Rp160 juta setelah hampir 600 kali frekuensi transaksi yang menggulung saham berindeks LQ45 yang Ia pegang.
Walaupun bisa dibilang, nilai kerugian Annalia tersebut masih kalah jauh dibanding kasus miliaran rupiah yang menimpa keluarga Natasha Mei.
Related News

IHSG Turun Tipis di Sesi I, 9 Sektor Ini Masih Menguat

Wall Street Jeblok, IHSG Cenderung Menguat

Lanjut Menguat, IHSG Siap Jebol 8.200

IHSG Positif, Borong Saham ADMR, HRUM, dan NCKL

IHSG Ditutup Tembus Rekor Baru di Level 8.125

Reshuffle, Investor Disarankan Buy on Weakness, Cek Daftar Sahamnya!