EmitenNews.comSetelah berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang ciamik selama semester I 2022, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), targetkan laba bersih pada 2022 sebesar Rp 1,8 hingga 1,9 triliun. Target ini naik sekitar 60-70 persen dari 2021 yang berada di 1,1 triliun. 

 

Director and Corporate Secretary AKRA, Suresh Vembu, memaparkan target ini merupakan revisi panduan baru setelah melihat laba bersih sebesar Rp 955 miliar di semester I 2022. Laba bersih ini tumbuh 74 persen dibandingkan Rp 550 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

 

“Kami masih percaya diri untuk memberikan hasil baik tahun ini. Diharapkan akan ada pertumbuhan yang kuat dalam segmen Petroleum dan bahan kimia dasar di semester dua 2022. Kemudian, ada prospek permintaan yang menguntungkan di industri tambang dan perkebunan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan ekspor,” ujar Suresh dalam webinar Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu (30/7/2022). 

 

Sebelumnya, AKR menargetkan laba bersih 1,4 hingga 1,5 persen pada 2022 atau kenaikan 30-35 persen dari 2021. 

 

Dalam webinar tersebut, Suresh juga berkesempatan membagikan strategi AKRA sehingga bisa memberikan pertumbuhan yang kuat secara konsisten. 

 

“AKR telah kuat dan tumbuh secara konsisten selama tiga atau empat tahun ini. Sebagai distributor, AKR memiliki infrastruktur logistik yang bisa delivery produk. Kita juga punya bisnis model yang walaupun harga minyak dan chemical sekarang fluktuatif AKR tetap bisa menghasilkan pertumbuhan dan profit,” jelas Suresh.

 

“Selain itu, AKR juga memiliki arus kas yang kuat dan manajemen modal kerja yang baik. Selain itu dalam 3 atau 4 tahun AKR bisa menghasilkan cash flow yang kuat dan bisa dilihat AKR bisa bagi dividen lebih dari 50 persen,” lanjut dia. 

 

Suresh menuturkan model bisnis AKR yaitu Marjin Absolut Rp/Liter, jadi walaupun harga minyak naik atau turun, AKR tetap tumbuh dari segi profit. 

 

“AKR juga selalu tak ambil risiko atau zero net position. Jadi apapun yang kita beli akan kita jual, tidak ada inventory atau stok. Saat ini juga kita tahu dolar menguat dan rupiah melemah, jadi kita melakukan pengelolaan nilai tukar dengan opsi atau forward,” tutur Suresh.