EmitenNews.com—PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menderita rugi bersih Rp1,899 triliun pada tahun 2022, atau bengkak 73,2 persen dibanding tahun 2021 yang tercatat Rp1,096 triliun. Akibatnya, defisit sentuh Rp8,214 triliun.

 

Emiten karya BUMN ini juga mencatatkan arus kas digunakan untuk aktivitas operasi Rp106,58 miliar. Pasalnya, penerimaan dari pelanggan hanya Rp18,436 triliun. Tapi pengeluaran kas kepada pemasok mencapai Rp16,001 triliun. Ditambah pembayaran beban keuangan Rp2,003 triliun, Pengeluaran kas karyawan dan direksi Rp724,54 miliar dan pembayaran pajak Rp181,6 miliar.

 

Karena dua hal itu mendorong Akuntan Publik pemeriksa laporan keuangan tahun 2022 meragukan kelangsungan usaha WSKT.

 

“Kondisi tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan WSKT untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis  Henri Arifian, Akuntan Publik dari KAP Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo dan Rekan dalam laporan auditnya bagian dari laporan keuangan yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Jumat(7/4/2023).

 

Walau  WSKT telah menerangkan langkah untuk keluar dari situasi tersebut dengan cara melakukan right issue tahun 2023 untuk menampung PMN sebelum 30 Juni 2023, mengulur waktu pembayaran utang jatuh tempo 7 Februari 2023 menjadi 15 Juni 2023, memohon waiver atas pelanggaran covenant ISCR pada kreditur bank sindikasi, menghentikan sementara waktu proyek-proyek bermasalah, memperoleh persetujuan dari bank-bank kreditur untuk melepaskan pembatasan penggunaan kas untuk kegiatan operasional dan mengajukan kepada Kantor Pajak permohonan penangguhan dan keringanan dalam penyelesaian kewajiban PPN untuk periode 2021 dan 2022.

 

Padahal pendapatan usaha tumbuh 25,1 persen menjadi Rp15,302 triliun yang ditopang peningkatan jasa konstruksi sebesar 33,4 persen menjadi Rp13,561 triliun. Senada, pendapatan jalan tol terkerek 18,1 persen menjadi Rp916,56 miliar. Tapi penjualan precast menyusut 9,4 persen menjadi Rp344,71 miliar.

 

Sayangnya, beban pokok pendapatan bengkak 34,1 persen menjadi Rp13,853 triliun. Dampaknya, laba kotor melorot 23,6 persen menjadi Rp1,449 triliun.

 

Terlebih, beban keuangan mencapai Rp4,286 triliun. Akibatnya, WSKT menderita rugi sebelum pajak Rp1,24 triliun.