EmitenNews.com - Berupata tekan inflasi, Bulog Bali mengalokasikan sekitar 15 ribu ton beras hingga Juni 2024. Beras sebanyak itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, di antaranya program bantuan pangan pemerintah dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk menekan inflasi bahan pokok ini.

 

"Kami tetap berkoordinasi dengan pusat untuk menambah stok. Untuk sampai Juni 2024, kami butuh sekitar 15 ribu ton," kata Pimpinan Wilayah Bulog Bali Sony Supriyadi, di Desa Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu (13/1/2024).

 

Sebanyak 15 ribu ton beras itu, di antaranya dapat didatangkan dari impor atau bisa juga dari provinsi tetangga yakni Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

 

Pemerintah pusat sedang dalam proses pengadaan sebanyak dua juta ton beras impor. Impor beras terpaksa dilakukan karena terjadi kemunduran musim panen selama dua bulan. Ini terjadi akibat kekeringan atau dampak fenomena iklim El Nino yang menyebabkan musim tanam terganggu.

 

Biasanya, penyerapan Bulog dari petani dilakukan pada Februari karena musim tanam yang dilakukan pada November. Ini terjadi karena hambatan El Nino.

 

Kekeringan akibat El Nino membuat para petani baru bisa memulai tanam pada Januari ini. Itu berarti terjadi kemunduran selama dua bulan, sehingga diperkirakan baru ada panen raya sekitar April.

 

"Memang di Bali belum ada panen. Anomali ini memang luar biasa dengan El Nino," katanya.

 

Meski di beberapa daerah di Jawa ada panen, namun harga gabah mahal mencapai di atas Rp7.000 per kilogram.

 

Saat ini Bulog menyerap dari petani sebesar Rp6.300 per kilogram untuk harga gabah kering giling (GKG) atau naik dari harga sebelumnya pada 2022 mencapai Rp5.500 per kilogram.