EmitenNews.com - Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, meyakini kawasan Asia Tenggara berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Optimisme itu disampaikan Blair ketika bertemu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (19/04).


Dalam kunjungan tersebut, keduanya melakukan diskusi terkait perkembangan geopolitik dunia, inklusi keuangan, digitalisasi, dan transisi energi di Indonesia. PM Inggris periode 1997-2007 itu mengapresiasi capaian Indonesia dalam inklusi keuangan dan menerapkan langkah ambisius dalam targetnya.


Untuk mencapai target tersebut, keduanya sepakat bahwa digitalisasi merupakan strategi yang paling tepat untuk mendorong keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkeadilan dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.


Diskusi diawali dengan pembahasan situasi geopolitik yang memanas di beberapa kawasan dunia. Keduanya berharap situasi tersebut tidak berlanjut karena juga dapat berimplikasi negatif terhadap ekonomi global.


Lebih lanjut, Blair menyampaikan optimismenya bahwa kawasan Asia Tenggara (dengan Indonesia sebagai negara terbesar), akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.


Beberapa perkembangan atas dukungan Tony Blair Institute (TBI) kepada Pemerintah Indonesia juga disampaikan dalam pertemuan ini. Hal tersebut mendukung agar kerja sama yang produktif antara kedua pihak dan dapat menjadikan Indonesia sebagai model acuan pertumbuhan ekonomi inklusif yang sukses di beberapa kawasan.


“Kami bersedia berbagi pengalaman untuk membantu Pemerintah Indonesia guna meningkatkan pertumbuhan yang positif pada aspek digitalisasi, inklusi keuangan, dan transisi energi,” ungkap Tony Blair.


Dalam pembahasan transisi energi, Menko Airlangga menjelaskan beberapa komitmen kerja sama pendanaan yang telah dilakukan bersama negara-negara mitra, seperti Asia Zero Emission Community (AZEC), Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII), sampai dengan rencana investasi Masdar atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang memliki kapasitas 1,2 GW.


Diskusi juga mencakup pembahasan mengenai tantangan teknologi ke depan, khususnya terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang memiliki dampak besar terhadap seluruh aspek kehidupan, baik positif maupun negatif. Keduanya sepakat pemerintah harus siap menghadapi berbagai dampaknya melalui regulasi yang komprehensif, adaptif dan mampu mengantisipasi berbagai tantangan teknologi ke depan.(*)