EmitenNews.com -Gen Z, generasi yang lahir di era serba digital, kini jadi wajah pasar investasi di Indonesia. Jika dulu investasi identic dengan orang tua yang memiliki modal besar, sekarang menjadi lain. Saat ini pemandangan anak muda buka aplikasi saham sambil nongkrong di kafe bukan sesuatu yang aneh lagi.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sampai akhir 2024, lebih dari 60% investor di pasar modal berasal dari usia di bawah 30 tahun. Fenomena ini bukan cuma statistik semata. Ada gelombang perubahan yang sedang terjadi dan sangat menarik.

Dari Main Game ke Main Saham

Dulu ponsel adalah sarana main game dan scroll medsos, meskipun sekarang pun masih demikian, namun sekarang ini sudah banyak anak muda menggunakan HP untuk beli reksa dana, nyicil saham, atau memantau harga kripto. 

Adanya aplikasi yang ditawarkan dengan penggunaan yang mudah, telah mengubah cara orang berinteraksi dengan dunia keuangan. Semuanya terasa mudah, dari daftar yang cepat, tampilan yang simple, bahkan banyak fitur edukasi bagi mereka yang benar-benar pemula. Gen Z yang tumbuk Bersama You Tobe dan Tik Tok, sangat terbantu dengan konten video seputar tips investasi, review saham, hingga edukasi keuangan dari para influencer yang menjadi idola mereka.

Primadona di Hati Gen Z

Pilihan investasi sangatlah banyak, namun saham tetap mempunyai tempat special. Karakter gen Z yang menyukai tantangan, dan pasar saham yang dinamis seoalh menjadi arena yang tepat. Mulai dari saham- saham BUMN, saham teknologi, hingga terjun ke “saham gocap”, mereka coba-coba, karena mereka tergoda potensi cuan yang besar. Menarinya, disuksi saham sekarang bukan lagi di ruang seminar, tapi cukup di media sosial seperti X Spaces, grup telegram, bahkan live Tik Tok.  Obrolannya santai tapi berbobot, campuran antara analisis fundamental, cerita “nyangkut”, hingga sesekali candaan soal portofolio yang merah.

Bagimana dengan Kripto

Kita juga nggak bisa abaikan kripto. Meski sempat goyang karena regulasi dan volatilitas, aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, hingga koin lokal seperti VCG tetap digandrungi. Bagi sebagian Gen Z, kripto bukan cuma aset, tapi bagian dari movement menuju sistem keuangan yang lebih terbuka. Seringkali NFT,  GameFi, dan Web3 juga menjadi percakapan hangat. Bahkan, ada yang beli NFT bukan cuma karena potensi untung, tapi karena mendukung karya seniman digital Indonesia. Tentu, ini perlu keseimbangan dengan edukasi risiko, karena nggak sedikit juga yang "kejeblos" karena FOMO.

Dari Cuan ke ESG

Gen Z ingin menjadi investor yang bukan hanya pintar tapi juga punya hati, sehingga yang menjadi sorotan adalah saham dari Perusahaan yang memiliki program keberlanjutan. Banyak Gen Z yang tidak hanya peduli cuan, tapi ingin investasinya memiliki dampak. SEhingga pilihannya adalah Perusahaan yang peduli lingkungan, memiliki etika bisnis yang baik, dan transparan.

Investasi bagian dari Gaya Hidup 

Setiap zaman memiliki perbedaan, jika generasi sebelumnya cenderung tertutup soal keuangan, justru Gen Z sekarang sangat terbuka. Mereka lebih suka berbagi, diskusi, bahkan flexing protofolio secara public, meskipun ada sebagian yang disembunyikan.

Investasi sekarang adalah bagian dari gaya hidup. Dari hoodie bertuliskan “I love dividends”, hingga konten TikTok berjudul “Cara Beli Saham di Usia 20-an” semuanya menunjukkan bagaimana investasi masuk ke ruang-ruang yang dulu tak terbayangkan.

Mulai Melek Risiko dan Diversifikasi

Sekarang Gen Z mulai sadar, jika investasi bukan hanya soal “cuan cepat”, tapi mereka juga sadar akan adanya risiko, diversifikasi dan pentingnya dana darurat. Jadi bukan hanya mengikuti gelombang euphoria saja. Sehingga bukan cuma saham dan kripto, tetapi mereka juga mencoba instrumen lain seperti emas digital, SBN ritel, hingga obligasi. Bahkan, ada yang mulai terjun ke equity crowdfunding ikut investasi di startup yang mereka percaya visinya.

Edukasi yang Relevan, PR Kita Bersama