EmitenNews.com -  Era kebijakan moneter ketat dengan suku bunga tinggi dinilai turut berdampak terhadap kinerja keuangan industri asuransi umum tak terkecuali PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) sebagai emiten saham sektor asuransi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di BEI. 

 

Di sepanjang tahun 2023, Bank Indonesia (BI) tercatat menaikkan suku bunga acuan 2x. Sebelumnya, pada awal tahun ini, di Januari 2023, terjadi kenaikan BI7DRR sebanyak 25bps menjadi 5,75%. Adapun terbaru ini, di luar ekspektasi, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18-19 Oktober 2023. 

 

Pada kesempatan tersebut Gubernur BI, Perry Warjiyo mengumumkan kenaikan sebesar 25 basis poin (bps) sehingga membuat BI-7 Day Reverse Repo Rate menjadi 6,00%. 

 

Presiden Direktur Tugu Insurance Tatang Nurhidayat mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih mencermati secara proaktif dampak kenaikan suku bunga acuan BI atau BI rate terhadap bisnis asuransi. 

 

Tatang menyebut kebijakan ini dikeluarkan bersamaan dengan sejumlah insentif agar sektor-sektor ekonomi tidak melambat dan justru agar terus bertumbuh. 

 

Tatang menilai kenaikan suku bunga acuan BI akan turut berdampak bagi investasi di asuransi umum, karena ada potensi kenaikan return. Hal ini disebabkan karena mayoritas investasi asuransi umum masih di SBN (surat berharga negara) dan deposito. 

 

Menariknya kinerja investasi TUGU di instrumen obligasi justru meningkat pesat ketika tren pengetatan moneter global berlanjut. Asal tahu saja pendapatan investasi TUGU dari obligasi naik dua kali lipat hingga September 2023. 

 

Mengacu pada laporan keuangan terakhir yakni per 30 September 2023, TUGU berhasil membukukan penghasilan dari investasi di obligasi sebesar Rp 221 miliar dan nilai tersebut melonjak dari periode yang sama di tahun 2022 sebesar Rp 107 miliar. Analis pun mengungkap berbagai katalis pemicunya. 

 

“Ada berbagai faktor. Pertama yang jelas adalah meski suku bunga naik harga obligasi terutama SBN masih relatif stabil bahkan imbal hasilnya meningkat akibat adanya penyesuaian imbal hasil yang turut naik naik akibat kenaikan BI rate sehingga menguntungkan asuransi yang memang banyak memiliki portofolio di instrument fixed income” kata Hosianna Situmorang dari Panin Sekuritas