EmitenNews.com - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau yang dikenal sebagai Tugu Insurance terus melakukan diversifikasi usaha melalui perusahaan anak. bahkan pendapatan perusahaan anak mampu tumbuh signifikan dan terus meningkatkan porsi kontribusi dalam pendapatan konsolidasi.

Dalam laporan keuangan tahun 2024, terungkap pendapatan dari usaha sewa dan penjualan kendaraan TUGU melesat 19% secara year on year (yoy) menjadi Rp417 miliar pada 2024, dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp350 miliar. Pendapatan sewa dan penjualan kendaraan merupakan pendapatan dari entitas anak, yang salah satunya dilakukan oleh PT Pratama Mitra Sejati (PMS).

PMS pada akhir 2024 memiliki total aset Rp2,76 triliun, naik 11,68% secara YoY. Perusahaan ini memiliki tiga saluran pendapatan. Pertama, sewa kendaraan dengan nama Tugu Rent; Kedua, sewa gedung perkantoran yang berjumlah 5 buah di Jakarta dan Surabaya; Ketiga, layanan outsourcing jasa kebersihan dengan nama Mitra Care.

Dampak dari kenaikan pendapatan sewa, mendongkrak total pendapatan usaha lainnya sebesar 29,29% secara YoY menjadi Rp519,85 miliar pada 2024, dari setahun sebelumnya Rp402,09 miliar.

Dengan kinerja tersebut, pendapatan usaha lainnya, memiliki porsi sekitar 13,22% dari total pendapatan TUGU. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 11,19%.

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai bahwa peningkatan pendapatan hingga laba di anak usaha mencerminkan TUGU berhasil melakukan diversifikasi usaha, terutama untuk mengoptimalkan pada aset hingga ekuitas yang dimiliki. "Diversifikasi usaha ini penting karena kapasitas TUGU sangat besar untuk meng-generate revenue," ujar Azis.

Dari sisi aset, TUGU memiliki lima gedung perkantoran di Indonesia. Hal ini belum termasuk dengan gedung perkantoran di luar negeri yang saat ini sedang proses penjualan. Berikutnya, total ekuitas TUGU secara konsolidasi mencapai Rp10,5 triliun, dan hanya Rp5,7 triliun yang dicatatkan pada Tugu Insurance sebagai induk atau parent only.

Menurut Azis, secara bisnis PMS memiliki prospek yang positif karena saat ini banyak perusahaan yang mulai mengurangi pembelian mobil dinas dan menggantinya dengan sewa. Hal ini akan mengurangi beban perusahaan tersebut secara akuntansi terutama pada sisi beban depresiasi kendaraan dinas dan biaya lain-lainnya seperti, asuransi, pajak kendaraan hingga perawatan.

"Jadi potensi ke depan pasti terbuka lebar, tinggal bagaimana pemasarannya saja karena perusahaan rental kendaraan sudah cukup banyak," ujarnya.

Di sisi lain, tuturnya, ada potensi PMS pada captive market yakni penyewaan truk pengangkut BBM dan gas. Potensi pasar ini cukup besar karena banyak di perusahaan induk serta mitranya juga sudah banyak yang menggunakan sistem sewa untuk mengurangi belanja modal yang besar di awal.

"Di sini bisa menjadi keunggulan lain dari PMS karena tidak banyak perusahaan rental kendaraan yang berani bermain di segmen ini," ujarnya.

Tugu Insurance mencatatkan laba bersih Rp 700,85 miliar pada 2024. Hal ini ditopang oleh penghimpunan premi bruto yang meningkat 10,73% yoy menjadi Rp 8,54 triliun. Adapun pendapatan underwriting naik 13,8% yoy menjadi Rp 2,97 triliun.

Bila dirinci kenaikan premi banyak disumbang oleh segmen properti dan kebakaran yang meningkat 38,2% yoy menjadi Rp 3,81 triliun. Segmen onshore juga melesat 395% yoy dengan nilai Rp 338,76 miliar.

Azis menilai segmen properti dan kebakaran akan tetap menjadi mesin pertumbuhan TUGU pada tahun ini. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan properti properti bisnis, baik pabrik, smelter, hingga pembangkit listrik. Faktor lainnya, tidak banyak perusahaan asuransi dengan modal yang kuat dan bermain di sektor properti dan kebakaran.

"Tantangannya tinggal bagaimana pemasaran hingga manajemen risiko. Karena jangan sampai premi banyak, namun klaim juga lebih banyak," ujar dia.