Waran FREN Dapat Sorotan, Ada Apa Sebenarnya?

Salah satu gerai FREN.
EmitenNews.com – Aksi korporasi mega merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) untuk membentuk entitas baru bernama PT XLSmart Sejahtera Tbk (XLSmart) menarik perhatian publik, terutama untuk waran seri FREN-W2.
Untuk diketahui, Waran Seri III FREN yang dikenal dengan FREN-W2 pertama kali diterbitkan saat FREN melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV di tahun 2021 atau yang lebih dikenal dengan right issue.
Seperti diketahui FREN menerbitkan sebanyak-banyaknya 5.815.610.387 saham baru atas nama seri C yang dihargai Rp 120 per saham. Bersamaan dengan penerbitan saham baru tersebut juga diterbitkan Waran Seri III sebanyak-banyaknya 91.886.644.115 secara cuma-cuma sebagai insentif untuk pemegang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Artinya setiap 5 saham hasil HMETD akan mendapatkan sebanyak 79 Waran Seri III yang diberikan secara gratis. Mengacu pada data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Waran Seri III tersebut dapat ditebus dengan harga pelaksanaan di Rp 100 per saham.
Waran Seri III mulai dapat ditebus sejak 28 Oktober 2021 hingga 27 April 2026. Namun dengan adanya aksi korporasi merger yang dilakukan FREN dengan EXCL, periode pelaksanaan waran tersebut dipercepat menjadi maju satu tahun.
Periode kadaluwarsa yang berakhir lebih cepat karena mengikuti time line proses merger yakni tahun 2025, menurut sejumlah analis, merupakan konsekuensi logis dan menjadi bagian dari risiko investasi. Bayangkan, jika expiry date tidak berubah alias tetap di tahun 2026, sementara entitas penerbit waran sudah melebur menjadi entitas baru hasil merger pada tahun 2025.
Di sisi lain, saat ini FREN-W2 dihargai di pasar dengan harga Rp 1 per saham. Apabila ditambah dengan modal untuk menebus dan mengkonversi menjadi saham sebesar Rp 100 maka total modal yang dibutuhkan adalah Rp 101. Sementara harga saham FREN saat ini berada di Rp 24 per saham.
Analis Christian Immanuel Sitorus dari MNC Sekuritas turut mencermati hal ini. Menurutnya, pergerakan FREN-W2 dipengaruhi oleh berbagai faktor dan posisi saat ini tidak bisa dikatakan sebagai suatu hal yang merugikan.
“Perlu dipahami kalau waran itu diberikan sebagai bonus. Artinya pemegang saham saat HMETD mendapatkannya gratis. Secara historis pun, pemegang saham HMETD yang mendapatkan waran FREN-W2 juga sempat untung karena dalam periode pelaksanaan waran, harga saham FREN sempat tembus ke atas Rp 100” ujarnya.
Christian juga mencontohkan bahwa dari 91.886.644.115 saat ini bersisa 41.242.000.321(scriptless) per 6 Februari 2025 mengacu pada data KSEI. Artinya pada saat harga saham FREN berada di atas Rp 100 sudah ada yang menebus dan untung.
Adapun pergerakan harga FREN-W2 yang terus turun sebenarnya adalah hal yang lazim karena biasanya ketika semakin mendekati periode kadaluarsa tren ini umum terjadi.
“Penurunan nilai waran ketika semakin mendekati expiry date memang akan turun dan semakin mendekati nol. Hal ini tidak perlu dirisaukan karena memang secara valuasi demikian adanya” ungkap Christian.
Masih terkait dengan penurunan harga FREN-W2, Christian juga menjelaskan bahwa pihak-pihak yang membeli waran tersebut di pasar sekunder memang akan mengeluarkan modal untuk membeli waran dan menebusnya. Namun aksi ini cenderung berisiko dan spekulatif.
“Sebelum memberi waran dan mengkonversi menjadi saham. Banyak aspek yang perlu disoroti dan dipertimbangkan untuk investasi karena waran termasuk derivatif yang semua risikonya sudah diungkap oleh perseroan dalam prospektus. Sehingga segala risiko yang melekat juga secara fair akan ditanggung oleh pihak-pihak yang mengambil keputusan tersebut” pungkasnya.
Adapun terlepas dari persoalan FREN-W2, Christian menyambut positif adanya aksi korporasi merger antara EXCL dan FREN. Aksi mega merger yang disebut sebagai deal of the year di sektor telekomunikasi tersebut akan membawa manfaat jangka panjang yang banyak untuk semua pihak terutama bagi pemegang saham ke depan.
Related News

Melejit 63 Persen, PLIN 2024 Tabulasi Laba Rp997 Miliar

Rugi Susut, MSKY 2024 Timbun Defisit Rp2,86 Triliun

Melonjak 60,60 Persen, Laba CPIN 2024 Sentuh Rp3,71 Triliun

Modal Negatif, FAST Sodorkan Private Placement Rp80 Miliar

Pendapatan Stagnan, Akumulasi Rugi BUKA 2024 Tembus Rp10,25 Triliun

Bengkak 222 Persen, IPTV 2024 Boncos Rp243,59 Miliar