EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Jumat (24/12) berpotensi menguat. Tanda-tanda window dressing begitu kentara. Apalagi, kemarin pemodal asing mulai membuktikan aksi beli.


Nah, untuk penguatan IHSG hari ini, investor diharap kembali melanjutkan aksi beli. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG akan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan support 6.520, dan resisten 6.600. ”IHSG hari ini, akan mengekor bursa Asia yang mulai positif,” tutur Lukman Hakim, Research Analyst Reliance Sekuritas.  


Berdasar indikator stochastic, IHSG hari ini membentuk golden cross pada area oversold. Itu memberi keleluasaan untuk bergerak lebih tinggi. Sejumlah saham berpotensi bullish antara  lain BOLA, MARK, REAL, ARTO, TBLA, TRIM, ASII, UNTR, dan INTP.


Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup menguat 0,40 persen menjadi 6.555,55. IHSG mengikuti bursa regional, dan kekhawatiran para investor terhadap varian Omicron mulai mereda. Apresiasi IHSG didorong sektor industri naik 1,14 persen, sector barang konsumen non-primer surplus 1,03 persen, dan basic material menguat 0,68 persen. Investor asing mencatat net buy di pasar regular Rp132,21 miliar, dengan saham-saham paling banyak diakumulasi ARTO, EMTK, dan BBRI.


Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup kompak menguat. Penguatan dipimipin Nasdaq 0,85 persen. Wall street melanjutkan reli tiga 3 hari beruntun didukung data tenaga kerja positif menunjukkan data continuing jobless claims pada December mengalami penurunan. Sementara initial jobless claims tidak mengalami perubahan pada Desember ini. Hari ini, bursa AS tutup untuk liburan Natal .


Kemudian bursa Asia kompak dibuka menguat jelang hari Natal. Nikkei Jepang surplus 0,13 persen, dan Kospi Korea Selatan (Korsel) naik 0,36 persen. Para investor Asia percaya kekhawatiran virus varian baru Omicron akan segera mereda. Para investor akan merespons rilis data ekonomi Jepang mengenai Consumer Price Index mengalmi lompatan 0,3 persen secara bulanan, dan masih akan menunggu rilis data ekonomi Jepang soal penjualan ritel. (*)