EmitenNews.com - Tiga perusahaan BUMN yang anak dan cucunya terbanyak ditutup Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. Sampai saat ini, sedikitnya 74 anak dan cucu perusahaan BUMN telah ditutup oleh Kementerian BUMN. Terbanyak, 26 perusahaan dari PT Pertamina (Persero), 24 dari PTPN Group. Lalu, 13 dari Telkom. Sisanya, dan lain sebagainya. Penutupan itu bagian dari upaya efisiensi untuk menciptakan holding perusahaan yang kuat.

 

Dalam keterangannya yang dikutip Kamis (2/12/2021), Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. Terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, kata dia, untuk apa dipertahankan. 

 

“Terkadang, holdingnya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya. Inilah yang harus kita bongkar. Kita stop dan kurangi. Kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. Sekarang ini, rantai pasok sedang terdisrupsi, kontainer kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing," ujar Erick Thohir.

 

Inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi. Sebab, BUMN sebagai lokomotif keuangan ekonomi Indonesia harus kuat dan sehat. Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan, termasuk menggabungkan anak-anak perusahaan, atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Contohnya, konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

 

Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan. BUMN juga. Erick Thohir mencontohkan, Perinus dan Perindo, dua perusahaan perikanan di BUMN. Untuk apa dua perusahaan yang sama, lebih baik satu saja. “BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi 1 di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia dikonsolidasikan dengan PLN, di bawah PLN. Fungsinya, mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy."

 

Perbaikan model harus terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi di era disrupsi yang terjadi saat ini. Dengan adanya disrupsi di bidang teknologi atau pun kesehatan, bisnis model BUMN juga harus berubah.

 

Erick Thohir mencontohkan, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.

 

Erick Thohir menyatakan, tidak boleh terus berada di zona nyaman. Supaya terus aktif. Ayo, bangun dari tidur, jangan asyik sendiri. Kalau Telkom berdiam diri, padahal data, suara dan teks itu sudah gratis, tidak mengandalkan data bisnis, seperti data center, cloud, infrastruktur, ya Telkom akan sunset. Karena itulah Kementerian BUMN melakukan perubahan bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain. ***