EmitenNews.com - Aksi profit taking saham-saham komoditas kembali berlanjut. Kemudian, aksi beli investor asing mulai berkurang. Kondisi itu, akan menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Keputusan Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga berpotensi mengerek saham-saham properti. IHSG diperkirakan bergerak mix cenderung mengalami penurunan. ”IHSG diperkirakan bergerak dengan rentang support 6.930, dan resisten 6.990,” tutur Alwin Rusli, Research Analis Reliance Sekuritas.


Secara teknikal, IHSG gagal bertahan di level 6.996. Di mana, bertolak dari level psikologis 7.000 rawan aksi profit taking. Sejumlah saham berpotensi naik yaitu ABMM, ADMG, MCOR, ERAA, INTP, PTRO, MPPA, MLPL, BTPS, dan ISSP.


Kemarin IHSG melemah 0,40 persen menjadi 6.964,38. IHSG sempat menyentuh level tertinggi di kisaran 7.032. Sektor pendorong koreksi IHSG antara lain keuangan minus 0,61 persen, infrastruktur anjlok 0,30 persen, dan kesehatan turun 0,26 persen. Investor asing tercatat membukukan netbuy Rp708,13 miliar, dengan saham-saham paling banyak diborong yaitu BBRI, BRMS, dan EMTK.


Tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup menguat. Itu merespons positif kenaikan suku bunga The Fed lebih terencana. Kemudian didukung kekhawatiran pelaku pasar default surat utang Rusia mereda. Itu setelah Rusia melakukan pembayaran kupon.


Sementara bursa kawasan Asia sudah mengorbit zona hijau. Indeks Nikkei 225 menguat 0,29 persen, dan indeks Kospi surplus 0,14 persen. Lonjakan bursa Asia didorong tensi geopolitik mulai mereda. Itu setelah Rusia-Ukraina bertemu kembali. Sikap China tidak ingin terkena sanksi AS, dan negara barat lain. Para pelaku pasar Jepang menunggu keputusan Bank of Japan (BoJ) mengenai suku bunga akan tetap minus 0,1 persen setelah rilis data inflasi naik. (*)