EmitenNews.com - Akuntan Publik, Benny Andria pemeriksa laporan keuangan periode 30 April 2022  meragukan kelangsungan usaha PT Darma Henwa Tbk (DEWA) karena mengalami pembengkakan defisit sedalam 3,2 persen dibanding akhir tahun 2021 menjadi USD51,057 juta.

 

Dalam laporan auditnya,   Akuntan Publik dari Kantor Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar dan Rekan itu menekankan kemampuan DEWA dalam mempertahankan kelangsungan usaha tergantung pada pencapaian kinerja keuangan yang memuaskan dan dukungan keuangan terus menerus dari pemegang saham.

 

“Kondisi tersebut, bersama dengan hal-hal lain mengindikasi ada suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Benny dikutip dalam laporan keuangan DEWA per 30 April 2022 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa(26/7/2022).

 

Dalam laporan keuangan tersebut, DEWA mengalami rugi USD672.972 dalam empat bulan pertama tahun 2022,  atau memburuk dibandingkan periode sama tahun 2021 yang meraih laba bersih USD1,587 juta.

 

Padahal naik 30 persen  menjadi USD130, 9 juta  yang ditopang pendapatan jasa tambang pihak berelasi yakni PT Kaltim Prima Coal senilai USD61,415 juta, atau menyusut 5,1 persen dibandingkan 30 April 2021 senilai USD64,743 juta.

 

Menariknya, pendapatan jasa tambang dari pihak berelasi lainnya, PT Arutmin Indonesia naik 76,27 persen menjadi USD41,6 juta. Senada, pendapatan jasa dari PT Cakrawala Langit Sejahtera naik 136,3 persen menjadi USD26,527 juta.


Sayangnya, beban pokok pendapatan bengkak 34,8 persen  menjadi USD120,03 juta. Hal itu dipicu, kenaikan gaji dan upah 30,8 persen menjadi USD16,407 juta. Senasib, Depresiasi aset tetap tumbuh 14,41 persen menjadi USD14,344 juta. Bahkan, depresiasi aset hak guna melonjak 248 persen menjadi USD12,255 juta. Disusul, bahan bakar naik 82,7 persen menjadi USD10,672 juta.



Dampaknya, laba kotor menyusut 0,09 persen menjadi USD10,87 juta.



Namun, beban umum administrasi bengkak 36,6 persen menjadi USD4,864 juta. Kemudian, beban pajak melonjak 417 persen menjadi USD1,293 juta. Ditambah, beban keuangan bengkak 63,14 persen menjadi USD5,312 juta. Lalu, beban pajak penghasilan, bengkak 162,1 persen  menjadi USD1,817 juta. Akibatnya, perseroan menderita rugi periode berjalan USD672.728, memburuk dibandingkan 30 April 2021 yang meraih laba periode berjalan USD1,586 juta.