EmitenNews.com - Garuda Indonesia (GIAA) harus benar-benar memperbaiki pelayanannya. Kementerian Agama kembali mengungkapkan kekecewaannya atas pelayanan BUMN transportasi udara itu, dalam penerbangan haji 2024. Pasalnya, angka keterlambatan maskapai penerbangan Garuda mengangkut jemaah haji mencapai 47,5 persen dalam sepekan terakhir. Bandingkan dengan Saudi Airlines yang 18,06 persen 

Dalam keterangannya yang dikutip Selasa (21/5/2024), Juru Bicara Kementerian Agama Anna Hasbie mengungkapkan, satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen. Dari 80 penerbangan yang ditangani Garuda Indonesia, 38 di antaranya terlambat.

Parahnya lagi, keterlambatan yang dialami jemaah lumayan panjang, hingga 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Secara resmi Kemenag sudah memberikan teguran tertulis agar ke depan harus diperbaiki.

Bandingkan dengan maskapai lain yang juga digunakan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia, Saudia Airlines. Maskapai milik Arab Saudi ini mengalami keterlambatan 18,06 persen dari total 72 penerbangan. Meski keterlambatannya jauh lebih sedikit dari Garuda, diharapkan Saudi Airlines terus menekan keterlambatannya.

"Total keterlambatan mencapai empat jam tujuh menit. Saya harap peristiwa keterlambatan bisa terus ditekan,” sebut Anna Hasbie. 

Direktur Layanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab menyebutkn, keterlambatan Garuda Indonesia terjadi di embarkasi Solo dan Makassar. Waktu terlama keterlambatan Garuda yaitu 3 jam 50 menit, sedangkan Saudia Airlines memiliki waktu keterlambatan 47 menit. 

Saiful Mujab berharap Garuda Indonesia dan Saudi Airlines mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jemaah haji Indonesia sesuai jadwal yang telah disepakati dan ditetapkan. 

Pasalnya, setiap keterlambatan keberangkatan, apalagi hingga hitungan jam dan bahkan sampai terjadi perubahan jadwal, akan berdampak pada penyiapan beragam layanan di Madinah dan Mekkah, baik transportasi maupun akomodasi, termasuk juga persiapan katering. 

“Keterlambatan penerbangan juga berpotensi menjadikan jemaah semakin kelelahan karena terlalu lama menunggu,” kata Saiful Mujab. ***