EmitenNews.com - Pemerintah sejumlah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak ekonomi atas konflik Iran-Israel. Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menggelar rapat terbatas dengan seluruh unsur kedeputian di kementeriannya, bersama beberapa duta Besar pada Senin (15/4/2024). Ekonom memperkirakan jika konflik terus berlanjut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Meski perekonomian Indonesia fundamentalnya masih kuat dengan pertumbuhan di atas 5% dan inflasi yang terkendali, kita harus tetap waspada," ujar Menko perekonomian Airlangga Hartarto kepada pers, Senin (15/4/2024).

Menko Airlangga Hartarto menggelar rapat untuk mengantisipasi potensi dampak eskalasi konflik antara Iran dan Israel terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.

Dampak eskalasi konflik baru akan terasa pada pembukaan pasar keesokan harinya, Selasa (16/4/2024). Meski demikian, pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.

Salah satu dampak yang mungkin terjadi adalah gangguan pada rantai pasokan melalui Terusan Suez, yang berpotensi meningkatkan biaya kargo. Produk seperti gandum, minyak, dan komponen produksi dari Eropa diperkirakan akan terganggu pasokannya.

Kepada para pelaku pasar, Menko Airlangga berpesan untuk tetap tenang dan tidak melakukan tindakan spekulatif. Pemerintah akan terus memantau perkembangan global dan regional serta siap mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

"Respons kebijakan yang terukur dari pemerintah, kita harapkan akan mampu memitigasi dengan baik dampak eskalasi konflik global saat ini,” tegas Ketua Umum Partai Golkar itu.

Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan strategis untuk menghadapi potensi kenaikan harga komoditas, seperti minyak dan emas sebagai aset safe haven. Penting sekali menjaga kepercayaan pasar terhadap kemampuan Indonesia dalam merespons dampak eskalasi konflik.

Pemerintah tidak tinggal diam. Airlangga Hartarto menyebutkan, pihaknya menyiapkan sejumlah kebijakan strategis untuk memastikan perekonomian nasional tidak terdampak lebih jauh. Tentunya tingkat kepercayaan pasar kepada kemampuan perekonomian nasional untuk merespons dampak eskalasi konflik mesti kita jaga.

Rapat juga membahas dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta koordinasi kebijakan fiskal dan moneter untuk pengendalian nilai tukar dan defisit anggaran. 

Sementara itu, dalam dialog virtual, Senin (15/4/2024), ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai eskalasi konflik di Timur Tengah dapat menjadi berita buruk untuk perekonomian Indonesia. Menurut dia, ekonomi Indonesia berpotensi mengalami perlambatan jika konflik di Timur Tengah memburuk setelah serangan balasan Iran terhadap Israel.

Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2%. Pada 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05%. Sampai sebelum ada eskalasi, urai Bambang Brodjonegoro, semua pihak yakin target pertumbuhan ekonomi di atas 5% tercapai. 

“Namun, kalau eskalasi menjadi lebih besar atau lebih lama, atau menimbulkan kegamangan kepada berbagai pihak, rasanya akan menjadi tantangan untuk mencapai target 5%," kata Bambang Brodjonegoro.

Yang terjadi jika konflik terus berlangsung, pertumbuhan ekonomi bisa terdorong ke bawah (5%), ke 4,6% sampai 4,8%. Hal itu kata Bambang Brodjonegoro, karena gangguan keseimbangan eksternal yang terganggu, potensi inflasi, ditambah lagi sumber-sumber pertumbuhan kita sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri. ***