EmitenNews.com—PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) dan PT Kaltara Power Indonesia (KPI), perusahaan patungan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) tengah mengajukan pinjaman senilai USD1,8 miliar kepada lembaga keuangan.


Mengutip keterangan resmi CITA pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (22/2/2023) bahwa dana pinjaman itu akan digunakan kedua perusahaan patungan tersebut untuk membangun smelter Aluminium.


Rencananya, smelter Aluminium itu berkapasitas produksi sampai dengan 2 juta ton per tahun.


Proyek ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap.


Tahap pertama dengan kapasitas sekitar 500 kilo ton per tahun.


“Pembangunan Smelter Aluminium serta Sarana Penunjangnya oleh KAI dan KPI, mencakup antara lain pelabuhan (jetty) dan infrastruktur penunjang lainnya,” tulis manajemen CITA.


Untuk menopang rencana itu, CITA turut serta menjadi penjamin perusahaan dari pinjaman yang akan diterima kedua perusahaan patungan itu sesuai dengan porsi sahamnya yakni senilai USD249, 5 juta atau Rp3,804 triliun.


Nilai penjaminan itu setara dengan 88,81 persen dari total ekuitas CITA per 30 September 2022 yang terbilang Rp4,283 triliun.


Sehingga, CITA perlu meraih persetujuan pemodal dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 31 Maret 2023.


Manajemen CITA juga menegaskan, rencana pembangunan smelter itu untuk menjaga pasokan dan akan menjadi pemasok utama bahan baku bauksit untuk PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW).


Pada sisi lain, WHW dapat menjadi pemasok bagi KAI.


Selain itu, dengan dapat beroperasinya KAI dan KPI, CITA akan mendapatkan keuntungan atas penyertaan yang dilakukan kedua perusahaan patungan itu.


Untuk diketahui, 65 persen porsi saham KAI dikuasai PT Adaro Indo Aluminium.


Kemudian, Aumay Mining Pte. Ltd memegang 22,5 persen saham KAI dan CITA memgempit 12,5 persen saham KAI.


Sedangkan pada KPI, CITA hanya punya 10,49 persen.


Selebihnya, sebesar 89,85 persen porsi saham KPI dikuasai PT Adaro Power.