EmitenNews.com - Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan BI rate atau suku bunga acuannya demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, melihat terdapat cukup ruang bagi BI untuk menaikkan tingkat suku bunga acuannya.


Andry menyebut konsensus memperkirakan terdapat kenaikan suku bunga acuan oleh BI pada tahun ini, seiring dengan menguatnya dolar AS terhadap mata uang lain termasuk rupiah. Ditambah menurunnya ekspektasi bahwa bank sentral AS The Fed akan segera melakukan cut rate.


"BI mungkin masih berpikir untuk hold dulu. Walaupun ruang naiknya ada, kalau memang rupiah tembus Rp16.500 per dolar AS dan outflow juga masih terus terjadi," ujar Andry di Jakarta, Senin.


Ia menjelaskan tantangan saat ini adalah apabila terjadi kenaikan harga komoditas terutama minyak mentah yang terus menerus akibat konflik di Timur Tengah, yang akan menyebabkan kenaikan tingkat inflasi di berbagai negara.


Dengan kenaikan tingkat inflasi, lanjutnya, maka berbagai bank sentral dunia termasuk The Fed berpotensi masih akan menerapkan era tingkat suku bunga tinggi alias higher for longer.


"Kan higher for longer. Otomatis potensi untuk ekspektasi pertumbuhan ekonominya jadi terbatas, karena inflasi, cost of borrowingnya jadi tetap mahal. Itu kan implikasinya," ujar Andry.(*)