EmitenNews.com -PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan akan terjadi pemangkasan pada suku bunga acuan baik global maupun domestik di tahun 2024. Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) sudah menetapkan guideline pemangkasan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) di tahun 2024 dan berlanjut terus di 2025.

"Dengan arah suku bunga yang relatif landai, baseline kami memang terjadi di second half 2024, ini tentu saja akan membawa keuntungan buat emerging markets termasuk Indonesia. Ada ekspektasi kemudian cost of borrowing akan turun," kata Asmoro pada Macroeconomic Outlook Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, Selasa (19/12/2023).

Kemudian, dampak baik juga akan datang pada portfolio emerging markets, terutama pada fixed income. Lalu, tentunya arah suku bunga turun akan mendorong pertumbuhan permintaan pinjaman di sektor perbankan akan lebih cepat di semester II-2024.

Asmoro menyorot bagaimana The Fed relatif tidak akan semakin hawkish. Ekspektasi suku bunga The Fed tahun 2023, yakni 5,5% sudah tercapai. Tahun 2024, ekspektasinya adalah 4,75%. Sedangkan tahun 2025, ekspektasinya suku bunga akan turun lagi 1%.

"Jadi kalo The Fed konsisten dengan guidance-nya, dalam dua tahun ke depan itu akan turun lebih dari hampir 2%, 175 basis poin. Jadi ini yang kemudian akan memberikan opportunity buat dunia usaha, buat perekonomian Indonesia, dan juga buat portfolio di emerging markets," jelasnya.

Lebih lanjut, proyeksi Bank Mandiri, ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 5,04% pada tahun 2023 dan 5,06% pada tahun 2024. Hal ini sejalan dengan perkiraan IMF bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2023 dan 2024 masih akan tumbuh pada kisaran 5%.

Menurut Asmoro, konsumsi dan aktivitas masyarakat domestik diperkirakan akan tetap solid, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun 2024.

"Namun demikian, ekonomi Indonesia masih akan menghadapi risiko dari perlambatan ekonomi global dan masih tingginya ketidakpastian selama periode penyelenggaraan Pemilu Nasional," ujarnya.