EmitenNews.com - PT Go To Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mendapatkan pernyataan efektif penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada tanggal 30 Maret 2022 dan mulai melakukan penawaran umum pada tanggal 1 hingga 7 April 2022.

 

Namun para calon investor atau calon para pemegang saham GOTO wajib mencermati beberapa hal yang cukup mengejutkan. Pasalnya, Analis Teknikal BNI Sekuritas, Andri Zakaria dalam menyatakan pandangannya, bahwa efek bersifat ekuitas GOTO diperkirakan bakal mengalami tekanan jual setelah dua-tiga hari diperdagangkan pada pasar sekunder, karena nilai penghimpunan dana IPO terbilang Jumbo, sehingga penjamin emisi dan kondisi pasar cenderung melakukan aksi jual.

 

“Faktor pertama size-nya yang akan menghimpun dana sampai Rp13 triliun. Kedua waktu pelaksanaan IPO pada bulan April. Sedangkan faktor ketiga, lanjut dia, salah satu penjamin emisi IPO yakni Mandiri Sekuritas dengan rekam jejak saham IPO mengalami penurunan nilai di pasar sekunder. “Kita lihat saja BUKA dan MTEL (yang) mengalami penurunan. Jadi GoTo nasibnya akan seperti BUKA,” Pandangan itu disampaikan Andri Zakaria saat Media Gathering BNI Sekuritas, Kamis (31/3/2022).

 

Kita melihat dari secara historical dimana Adaro dulu IPO dengan Rp8 triliun atau cukup besar dan kita saksikan mereka menguat pada hari pertama dan kedua lalu hari berikutnya mulai mengalami tren penurunan sehingga kita juga harus bisa melihat setiap emiten dari sisi fundamental. Namun di sini kita lihat bahwa para investor jangka pendek masuk di saham GOTO sehingga kita lihat prospek jangka panjangnya kurang bagus.

 

Bahkan Dia juga menyatakan, belakangan ini baru saja melihat fenomena yang terjadi pada Bukalapak di mana sempat mengalami penguatan pada dua hari lalu terjadi tren koreksi hingga jauh meninggalkan harga perdananya, dan kita juga melihat bahwa market saat ini sudah mahal di atas 7000an jadi potensi kenaikan nya juga sudah tidak terlalu bagus.

 

Bahkan Andri mencontohkan jika kita melihat ke luar negeri kemarin, juga ketika GRAB mengalami crash pada perdagangan sahamnya. Artinya untuk medium term nya kita harus melihat untuk disesuaikan dengan fundamentalnya. Tapi jika kita melihat dari sisi teknikal dan sizenya yang lebih dari Rp10 triliun itu cukup besar, meski bisa dimainkan dengan adanya Greensoe mungkin jika terjadi koreksi pun tidak akan separah Bukalapak, imbuh Andri. 

 

Namun secara teknikal dan bandarmologi nya lebih baik untuk short time saja, baru nanti di tinjau kembali untuk melihat pada posisi fundamentalnya. Karena jika melihat fundamentalnya pun saat ini GOTO masih rugi.

 

Andri mencontohkan ketika IPO MTEL, yang menurutnya lebih baik daripada GOTO dan Bukalapak. Namun kita bisa melihat harganya malah turun di bawah harga Ipo hingga saat ini. Dimana harga saham MTEL berada di level 750 hingga 780 an padahal harga IPO nya adalah 800-an. Saya melihat mungkin GOTO untuk jangka pendeknya akan seperti MTEL, jadi meskipun turun pun akan agak terbatas dan untuk kenaikan lebih lanjut pun mungkin itu untuk jangka menengah.

 

Lebih lanjut dia menambahkan bahwa kita dapat melihat tipikal investor Indonesia yang lebih didominasi Para investor jangka pendek atau trader. Bahkan menurut dia, IHSG ini menguat karena beberapa sektor saja karena investor lebih selektif, kenaikan indeks di topang oleh sektor komoditas, Finance dan infra, yang artinya saat ini investor juga lebih pintar dengan melihat peluang-peluang yang telah mereka pelajari dari IPOnya Bukalapak. Mungkin jika IPO Bukalapak sukses maka IPO GOTO juga berpotensi sukses. Namun karena IPO Bukalapak bermasalah, maka kita kembali lagi melihat pada sisi fundamentalnya.