EmitenNews.com - Bursa EFek Indonesia (BEI) besok Selasa (17/4) secara resmi akan mencatatkan tiga emiten baru yakni PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN), PT Era Digital Media Tbk (AWAN) dan emiten tambang Nikel milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

 

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) salah satu yang meraup dana ipo paling besar dari kedua emiten yang listing besok. MBMA memasang harga perdana  Rp795 per saham dengan melepas sebanyak 11 miliar saham.

 

Saham yang dilepas 10,24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada nilai nominal Rp100 per saham. Sehingga emiten tambang nikel milik Boy Thohir tersebut meraup dana Rp8,745 triliun.

 

Tak hanya itu, MBMA akan kembali menerbitkan 1,1 miliar saham baru dalam masa penjatahan terpusat terjadi kelebihan pemesanan. Sehingga potensi dana segar yang bakal diraup emiten milik Garibaldi Thohir alias Boy Thohir ini mencapai Rp9,619 triliun.

 

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emiesi efek Indo Premier Sekuritas dan Trimegah Sekuritas Indonesia.

 

Rencananya,  48 persen dana IPO  digunakan untuk pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka USD300 juta  yang akan dibayarkan kepada PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar USD225 juta dan ING Bank N.V sebesar  USD75 juta.

 

Lalu, 28 persen dana IPO  untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (“MIN”). Oleh anak usaha itu pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Parama (“SIP”) masing-masing sebesar 50 persen.

 

Berikutnya,  14 persen dana IPO  akan dipinjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel (“ZHN”). Oleh ZHN,  8 persennya digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (“RKEF”). Sisanya, 6 persen  akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, serta biaya karyawan.

 

Selanjutnya, 8 persen akan dipinjamkan kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (“MTI”)  guna  kebutuhan belanja modal  pembangunan Proyek AIM I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua tahun 2023.