EmitenNews.com - Didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional kondisi likuiditas di masyarakat saat ini cukup longgar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut pihaknya telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp147,83 triliun pada tahun 2021 dan Rp5,93 triliun pada tahun 2022 hingga 18 Januari 2022.
"Sepanjang 2021, Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp358,32 triliun," ungkapnya.
Pembelian SBN itu terdiri dari pembelian di pasar perdana sebesar Rp143,32 triliun dan private placement sebesar Rp215 triliun untuk pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19.
Pada tahun 2022, hingga 18 Januari 2022, BI telah melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp2,20 triliun. Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Desember 2021 longgar.
Hal ini tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 35,12% serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,21% (yoy).
Likuiditas perekonomian juga meningkat tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 17,9% (yoy) dan 13,9% (yoy).
Perry Warjiyo mengatakan pada tahun 2022 ini Bank Indonesia akan melakukan normalisasi kebijakan likuiditas dengan tetap memastikan kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN.(fj)
Related News

Bank Minta Agunan KUR di Bawah Rp100 Juta, Siap Terima Sanksi

Bank DKI Bagikan Dividen Rp249 Miliar, Rp529M Pengembangan Usaha

IKI April 2025 Melambat Akibat Penurunan Pesanan Baru

Realisasi Belanja Negara per Maret 2025 Rp620,3 Triliun

Maret 2025, Dalam Sebulan Pendapatan Negara Naik Rp200 Triliun

Harga Emas Antam Kamis ini Turun Rp33.000 per Gram